SEBAB CORONA, BOLEHKAH TIDAK SHOLAT JAMA’AH DAN JUM’AT?
Oleh : Ust. Muhammad Khumaidi, M.H.I
Dalam memutuskan dan menerangkan hukum masalah ini, ulama kontemporer berbeda pendapat.
Sebelum menjawab permasalahan ini kita perlu sepakati bahwa virus dan wabah penyakit adalah makhluq dan tentara Allah, tidak akan berbahaya tanpa perintah penciptanya.
وما يعلم جنود ربك إلا هو…
Tidaklah punya pengetahuan tentang tentara Allah kecuali hanya Allah
Dia akan tunduk dengan sunnatullah mengenai siapun mukmin atau kafir. Siapapun mukmin yang terpapar wabah ini dan sabar serta ridho dengan ketetapan Allah, dia mendapat pahala syahid,
الطاعون شهادة لكل مسلم …
Wabah Thoun sebagai pahala syahid bagi setiap muslim.
Dan wabah ini merupakan Azab bagi kaum yang ingkar kepada Allah,
(وَالَّذِينَ سَعَوْا فِي آيَاتِنَا مُعَاجِزِينَ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مِّن رِّجْزٍ أَلِيمٌ)
Pendapat pertama : tidak boleh meninggalkan shalat jamaah, hanya karena takut corona.
Dalil:
1. ?Dalam keadaan perang, yang mana kemungkinan kematiannya kematiannya lebih besar, Rasulullah saw tidak meninggalkan jamaah.
وإذا كنت فيهم فأقمت لهم الصلاة فلتقم طائفة منهم معك…
2. ?Dosa sebab sesungguhnya wabah penyakit, solusinya mendekatkan diri kepada Allah dengan bertaubat, istighfar dan shalat, kenapa malah shalat jamaah dan jumat ditiadakan?
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون …
وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم…
3. ?Tawakkal dan iman terhadap qodho dan qodar, mengharuskan kita tidak menghentikan shalat jamaah dan jum’at karena takut penyakit
واعلم أن الأمة لواجمعت على أن ينفعوك لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجتمعوا على أن يضروك لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك. رواه أحمد والترمذي
ketahuilah seandainya seluruh manusia ini berkumpul untuk memberi manfaat atau mencelakaimu maka tidak akan terjadi kecuali dengan yg sesuai dengan kadar yang Allah tetapkan atasmu
《ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها》.
وقال: 《قل لن يصيبنا إلا ما كتب الله لنا …
4.? Wabah penyakit seperti ini pernah ada dizaman dulu tapi tidak pernah ada seruan untuk tidak shalat berjamaah.
5.? Dalam keadaan sulit, Allah swt menyuruh untuk sabar dan shalat, perintah shalat adalah perintah shalat berjamaah.
واستعينوا بالصبر والصلاة …
minta pertolonganlah dengan sabar dan sholat
6. ?Shalat berjamaah dilindungi Allah. Rasulullah saw bersabda:
من صلى الصبح في جماعة فهو في ذمة الله …
《أليس الله بكاف عبده》
barang siapa shalat subuh berjamaah, Maka Ia berada dalam lindungan Allah
7. ?Rasulullah saw tidak mengizinkan seorang yang buta untuk meninggalkan shalat jamaah, kenapa karena corona kita meninggalkan jamaah.
8.? Rasulullah kalau mengalami masalah segera melakukan shalat. Kenapa ketika kita menghadapi corona justru kita meninggalkan jamaah.
9.? Dulu, Tidak pernah ada fatwa menutup masjid, walaupun sering terjadi wabah penyakit
10. ?Kematian akan datang sesuai dengan takdir yang ditentukan;
قل لو كنتم في بيوتكم لبرز الذي كتب عليهم القتل إلى مضاجعهم…
11. ?Umar bin Khattab tidak pernah mengambil kebijakan untuk meniadakan sholat Jum’at dan sholat jamaah saat wabah virus melanda damaskus di masa kekhilafahannya.
12. ?Rasulullah Saw tidak mengizinkan bagi orang buta untuk meninggalkan sholat berjamaah…padahal resiko bahaya sangat tinggi.
13.? Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَنْزَلَ عَاهَةً مِنَ السَّمَاءِ عَلَى أَهْلِ الأرْضِ صُرِفَتْ عَنْ عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ.
Sesungguhnya apabila Allah ta’ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid.
Hadits riwayat Ibnu Asakir (juz 17 hlm 11) dan Ibnu Adi (juz 3 hlm 232).
14. ?Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذا أرَادَ الله بِقَوْمٍ عاهةً نَظَرَ إِلَى أهْلِ المَساجِدِ فَصَرَفَ عَنْهُمْ
Apabila Allah menghendaki penyakit pada suatu kaum, maka Allah melihat ahli masjid, lalu menjauhkan penyakit itu dari mereka.
Riwayat Ibnu Adi (juz 3 hlm 233); al-Dailami (al-Ghumari, al-Mudawi juz 1 hlm 292 [220]); Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbihan (juz 1 hlm 159); dan al-Daraquthni dalam al-Afrad (Tafsir Ibn Katsir juz 2 hlm 341).
15. ?Sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه berkata: “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ” إِنِّي لَأَهُمُّ بِأَهْلِ الْأَرْضِ عَذَابًا فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي والْمُتَحَابِّينَ فِيَّ والْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ صَرَفْتُ عَنْهُمْ “
Allah عز وجل berfirman: “Sesungguhnya Aku bermaksud menurunkan azab kepada penduduk bumi, maka apabila Aku melihat orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku, yang saling mencintai karena Aku, dan orang-orang yang memohon ampunan pada waktu sahur, maka Aku jauhkan azab itu dari mereka.
Riwayat al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman [2946].
16. ?Sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
“إِذَا عَاهَةٌ مِنَ السَّمَاءِ أُنْزِلَتْ صُرِفَتْ عَنْ عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ”
Apabila penyakit diturunkan dari langit, maka dijauhkan dari orang-orang yang meramaikan masjid.
Riwayat al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman [2947]; dan Ibnu Adi (juz 3 hlm 232). Al-Baihaqi berkata: “Beberapa jalur dari Anas bin Malik dalam arti yang sama, apabila digabung, maka memberikan kekuatan (untuk diamalkan)”.
Al-Imam al-Sya’bi, ulama salaf dari generasi tabi’in, رحمه الله تعالى berkata:
“كَانُوا إِذَا فَرَغُوا مِنْ شَيْءٍ أَتَوُا الْمَسَاجِدَ “
Mereka (para sahabat) apabila ketakutan tentang sesuatu, maka mendatangi masjid.
Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman (juz 3 hlm 84 [2951]).
Beberapa riwayat di atas mengantarkan pada kesimpulan, bahwa dalam situasi wabah dan virus yang mengancam masyarakat ini, umat Islam dianjurkan semakin rajin ke masjid. Bukan meninggalkan masjid.
Pendapat ke dua : Boleh sholat di rumah dan tidak mengadakan sholat jum’at.
Dalil :
1.? Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata kepada Mu’adzinnya di hari yang hujan,
إِذَا قُلْتَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَلَا تَقُلْ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قُلْ صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ فَكَأَنَّ النَّاسَ اسْتَنْكَرُوا قَالَ فَعَلَهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي إِنَّ الْجُمْعَةَ عَزْمَةٌ وَإِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أُحْرِجَكُمْ فَتَمْشُونَ فِي الطِّينِ وَالدَّحَضِ
“Apabila engkau mengucapkan Asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah (dalam adzan), jangan engkau ucapkan Hayya ‘Alash Shalah (Mari melaksanakan shalat), tapi ucapkanlah Shalluu fi Buyuutikum (shalatlah di rumah-rumah kalian). Maka seolah-olah manusia mengingkarinnya. Beliau (Ibnu Abbas) berkata: ”Hal itu dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku (yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam), sesungguhnya shalat Jum’at itu ‘azimah (kewajiban yang harus ditunaikan) dan aku tidak ingin menyuruh kalian keluar, sehingga kalian berjalan menuju masjid dengan kondisi jalan yang berlumpur dan licin.”
Hadits ini menjelaskan bolehnya seorang tidak melaksanakan salat berjamaah di masjid disebabkan oleh hujan deras. Dan tidak diragukan lagi bahwa bahaya virus memastikan lebih besar dari sebab kesulitan melaksanakan salat di masjid dikarenakan hujan. Oleh karena itu keringanan tidak melaksanakan salat jumat di masjid ketika ada bahaya virus dan penularannya adalah hal yang dibenarkan oleh agama. Lalu sebagai gantinya setiap muslim bisa melaksanakan salat empat rekaat di rumah atau di tempat yang tidak ada kerumunan orang.
2. ?Rasulullah SAW melarang orang yang mempunyai bau yang tidak sedap dan dikhawatirkan menggangu orang lain untuk mendatangi masjid, hal ini termuat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dari Jabir bin Abdillah,
مَنْ أَكَلَ ثُومًا أَوْ بَصَلًا فَلْيَعْتَزِلْنَا أَوْ لِيَعْتَزِلْ مَسْجِدَنَا وَلْيَقْعُدْ في بَيْتِهِ
Barangsiapa memakan bawang putih atau bawang merah, maka janganlah ia mendekati masjid kami dan hendaklah ia shalat di rumahnya”
Gangguan sebagaimana tertera di hadits yang disebabkan memakan bawang adalah sifatnya sementara dan akan hilang dengan selesainya salat tetapi Rasulullah SAW meminta untuk menjauhinya. Lalu bagaimana dengan gangguan/bahaya penyakit yang sangat mudah menyebar dan menyebabkan malapetaka. Maka ketakutan yang dihasilkan oleh penyebaran virus yang mematikan dan belum diketahui cara penanganannya yang cepat sampai sekarang menjadikan sebab bagi seorang muslim mendapatkan keringanan untuk tidak melaksanakan salat Jumat dan jamaah di masjid.
3.? Sebagaimana ulama telah bersepakat bahwa jika ada rasa takut atas jiwa, harta atau keluarga maka dibolehkan tidak melaksanakan salat Jumat dan salat jamaah di masjid. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَمِعَ الْمُنَادِيَ فَلَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ اتِّبَاعِهِ عُذْرٌ قَالُوا وَمَا الْعُذْرُ قَالَ خَوْفٌ أَوْ مرَضٌ لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ الصَّلَاةُ الَّتِي صَلَّى….
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mendengar azan dan tidak punya alasan sehingga tidak mejawabnya (mendatanginya) para sahabat bertanya: Apakah alasan (udzhur) itu? Beliau menjawab: ” Takut atau sakit-, maka tidak diterima salat yang dia kerjakan.
4. ?Larangan Nabi kepada Para Sahabat untuk menggunakan air sumur kaum Tsamud karena khawatir mereka ditimpakan azab seperti kaum Tsamud.
أن الناس نزلوا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم أرض ثمود الحجر فاستقوا من بئرها واعتجنوا به فأمرهم رسول الله صلى الله عليه و سلم أن يهريقوا ما استقوا من بئرها وأن يعلفوا الإبل العجين وأمرهم أن يستقوا من البئر التي كانت تردها الناقة”.
5. ?Agama ini tidak membuat rumit dan sulit
)وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ)، وقوله تعالى: (يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ(
Dalam keadaan yang sulit maka azimah dapat berubah menjadi rukhshoh.
6. ?Allah memerintahkan kita mencari solusi atas segala permasalahan ummat ini.
إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغير ما بأنفسهم…
Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah keadaan diri mereka sendiri. Solusi agar terhindar dari wabah dan mencegah perluasannya adalah tidak menghadiri tempat-tempat berkumpulnya orang banyak. Karena Allah akan menimpakan wabah bukan hanya kepada orang kafir bahkan semua manusia hingga mereka yang beriman.
7. ?Takutlah azab yg akan ditimpakan kepada semua orang.
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة…
berlindunglah dari azab yg Allah tidak hanya timpakan kepada manusia zalim saja
Dari dua pendapat di atas, kita bisa menggabungkan dua perintah dalam masalah ini dan Islam mewajibkan dua hal:
Pertama: Tawakkal kepada Allah dan semua kejadian yang menimpa tidak akan terjadi kecuali atas kehendakNya.
قل لن يصيبنا إلا ما كتب الله لنا …
Kedua: Mencari sebab akibat dan memaksimalkan ikhtiyar dengan menjaga diri dan berobat serta mematuhi aturan dan himbauan tentang tata cara menghindari penyakit. Seperti jawaban Umar bin Khottob saat ditanya Abu Ubaidah karena menghindari wabah thoun :
أفرارا من قدر الله؟ نعم نفر من قدر الله إلى قدر الله
Apakah anda lari dari takdir Allah? Ya… kita lari dari takdir Allah kepada Takdir Allah yang lain.
Catatan: dua pendapat ini mengacu pada wabah yg belum bisa diyakini kepastiannya. Namun mereka bersepakat jika wabah telah bisa diyakini kepastiannya, seperti muslim yang telah jelas terpapar maka mereka sepakat tidak perlu sholat Jumat dan sholat jamaah.
Semoga Allah lindungi kaum muslimin dari azab Allah yang menghinakan kaum yang ingkar.
Wallahu waliyyut taufiq