وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الاثم والعدوان
“Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (al Maidah : 2)
Sudah menjadi sunnatullah, dalam berbagai momen dan aktivitas manusia selalu memerlukan keterlibatan orang lain. Jika ditelisik, tak satupun manusia dapat mengerjakan sendirian, apakah dalam aktivitas yang kecil, ataupun yang besar. Kondisi ini memang menjadi indah jika difahami bahwa manusia sejatinya adalah bersaidara. Saudara adalah mitra dalm perjalanan hidup, saat senang dan saat sedih.
Dalam amal amal Islami, amal dakwi, membangun kemitraan/saling mendukung berada dalam lingkaran inti pergerakan. Seakan bisa dinyatakan, “Dalam dakwah tak mungkin bisa berjalan tanpa adanya saling tolong menolong”. Hal tersebut berkenaan dengan tugas dari dakwah itu sendiri, yang didalamnya adalah menegakkan kebaikan dan ketaqwaan.
Kebaikan dan ketaqwaan adalah musuh syaithon sebagaimana sumpahnya. Bahkan mereka telah meminta izin kepada Allah agar diberikan waktu untuk menggoda manusia. Mereka juga saling bermitra saat melakukan aksinya menggoda manusia. Maka kemitraan dalm dakwah ini untuk memperkuat barisan, menjaga kebaikan bersama sama.
Masing maaing dai harus berusaha menegakkan kerjasama, baik secara individu ataupun berjamaah, antar lembaga dakwah, unit unit pendampingan dan pembinaan di masyarakat, bahkan kerjasama dengan aparatur syruktural pemerintahan dimana program program dakwah dilakukan. Dengan membangun kemitraan yang intensif, akan ada dialog, komunikasi yang baik sehingga terhindar dari syak wasangka. Semua orang akan memaklumi, bahkan lahirlah dukungan dengan makna yang luas.
Dalam kemitraan dakwah, ada yang perlu diperhatikan ;
1. Posisikan diri sendiri, sebagai pribadi yang memerlukan pertolongan. Mengapa? Karena tugas dakwah amat panjang dan mungkin dapat membosankan,
2. Jangan cepat panik, bingung saat menghadapi fenomena yag terjadi. Amati, catat dan perhatikan, syukur dianalisa, apakah ada kaitan kaitan dengan fenomena yang lain,
3. Jangan cepat dan mudah menilai, mantahdir/mengucilkan aktivitis dakwah yang tidak sejalan dengan langkah sang dai. Belajarlah memahami orang lain dari sisi yang lainya. Jangan jangan kita yang kurang ilmu saat membaca pribadi dai.
4. Ringan tanganlah saat membantu, sepanjang ada kemampuan dan daya jangkau
5. Jangan mudah putus asa saat berusaha membangun kemitraan dakwah. Jangan hanya memakai satu pintu, tapi gunakan berbagai pintu untuk mendapatkan kesempatan membangun interaksi,
6. Bagi sang dai, jangan mudah mengeluarkan pernyataan saat dihadapan khalayak ramai yang sulit dilakukan filterisasi. Jika terpaksa mengatakan yang sifatnya pribadi, pilih kawan diskusi yang dapat dipercaya, agar tidak muncul fitnah baru,
7. Jika Anda masih punya usul, silahkan ditambahkan sendiri dalam catatan pribadi ………
Jadi, banyaknya ayat ayat yang bicara tentang pentingnya kemitraaan, dan juga kisah kisah para pelaku dakwah, kitapun juga wajib meletakkan “kemitraan dakwah” sebagai media dalam menyiarkan Islam seluas luanya. Bertolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan, pesan yang tak mungkin diabaikan, apalagi dalam dakwah.
Semoga dimudahkan membangun dalam prakteknya!