Indonesia tanah tumpah darahku. Petikan lirik lagu kebangsaan yang berjudul Indonesia raya menjadi inspirasi berbagai bangsa di dalamnya untuk mempertahankan dari serangan luar, termasuk serangan model perang pemikiran, seperti komunisme.
Dulu di awal-awal Reformasi, Komunisme di Indonesia sempat jaya dengan lahirnya Partai Komunisme Indonesia (PKI) yang hari ini meskipun setelah ditumpas menjadi komunitas dengan sebutan “Kiri.” ada tahun 2008 jumlah aktivis kiri mencapai satu juta anggota di berbagai oragnisasi dan institusi di Indonesia, mulai dari mahasiswa, dosen dan wartawan. Secara umum PKI di Indoensia berkiblat pada Komunisme China.
Rupanya, maraknya orang yang berpihak pada komunisme di Indonesia baik secara pengakuan atau sekedar membenarkan karena adanya kajian-kajian yang diselenggarakan oleh kaum Kiri di mana bahasa yang digunakan untuk memikat peserta adalah membela rakyat dan membela kaum tertindas.
Paham komunisme yang sudah dikunci rapat segala aksesnya ternyata hari ini masih banyak didengungkan oleh beberapa kelompok khususnya dalam bidang percetakan seperti dikaji oleh Hadi Nur Ramadhan, S. Kom. I di Gedung Menara Dewan Dakwah, Kramat raya 45, Jakarta pada hari Kamis (21/4/2016).
Ada enam percetakan yang dijelaskan oleh Hadi yang konsens menyuarakan paham Kiri, pertama, Komunitas Rumah Kiri di Bandung, didirikan oleh Mahasiswa angkatan “94. Pendirinya bernama Gani membentuknya pada tahun 2015 yang merupakan wadah pertukaran gagasan aktivis kiri di Bandung.
Kedua, Komunitas Teplok (Teplok Press) di Jakarta Timur didirikan oleh dua pemuda aktivis Kiri militan, Zaki Abdurrahman dan Agus Andi Santosa. Buku-buku cetakan Teplok Press masih diminati hingga sekarang khususnya kalangan mahasiswa aktivis Kiri.
“Bahkan agar cepat laku, pembeli diberikan diskon sebesar 50%,” jelasnya.
Komunitas Bambu didirikan pada tahun 1998 di Depok oleh salah satu lulusan UI, JJ Rizal. Dalam penelitiannya terdapat 18 cetakan bertemakan sejarah kaum Kiri di Indonesia ditambah kajian rutin yang diadakan tiap bulan.
Lkis, Insist Press dan Resistbook merupakan daftar percetakan aktivis Kiri yang beraviliasi di Yogyakarta. Sasaran mereka adalah kalangan pelajar muda, karena di Yogyakarta adalah kota pendidikan.
Semar UI (Serikat Mahasiswa Progresif Universitas Indonesia) cukup aktif melakukan propaganda, seperti pada tahun 2012 lalu mereka sering menggelar dialog dan debat soal ide dan pemikiran Karl Marx.
Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) bersama LSM HAM sejak tumbangnya Orde Baru intens mengadakan diskusi yang tujuannya adalah meghapus stigma negatif para Tapo dan keluarga PKI sebagai dalang kasus 30 September 1960 silam. Yayasan ini berdiri pada 1965-1966.
Selanjutnya hadi menyebutkan empat sejarawan dan budayawan yang tergolong Kaum Kiri, pertama, Asvi Warman Adam. Peneliti Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang oleh Dr. Ridwan Saidi disebut sebagai Zombie (mayat hidup) karena tidak dapat menghayati sejarah kejamnya PKI, kedua, JJ. Rizal. Sejarawan alumnus UI dan tokoh Lekra PKI, ketiga, Onhokham. Sejarawan alumni UI, keempat, Ignaes Kledon. Seorang Sosiolog yang juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Indonesia untuk Demokrasi.[tamam]