فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِٱلْجُنُودِ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُۥ مِنِّىٓ إِلَّا مَنِ ٱغْتَرَفَ غُرْفَةًۢ بِيَدِهِۦ ۚ فَشَرِبُوا۟ مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُۥ هُوَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ قَالُوا۟ لَا طَاقَةَ لَنَا ٱلْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ ٱللَّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةًۢ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Dakwah itu panjang, ujungnya tak ketahuan, apalagi hasilnya. Begitupula yang merusak dakwah, silih berganti dan semakin canggih. Seorang pendakwah perlu menyadari siapa dirinya. Mental, pikiran, jiwanya, fisiknya, hartanya, ilmu harus disiapkan untuk menghadapi berbagai situasi yang mengitarinya.
Sabar adalah kondisi jiwa yang banyak diingatkan Allah dalam menghadapi situasi tersebut. Dalam dakwah, sabar adalah mahkota, perisai untuk menaklukkan berbagai situasi. Sebagaimana kisah Thalut diatas, bagaimana mereka menghadapi kondisi yang kurang baik. Untunglah! Mereka menyadari kesabaran masih bisa dipompakan dalam situasi tersebut.
Dalam prakteknya, kesabaran bisa diwujudkan dalam langkah langkah dakwah, misalnya
1. Saat mengawali dakwah, berusahalah selalu menjaga hubungan baik, selaturahmi diawal dengan tokoh pemerintahan dsn tokoh lokal. Berkunjung kepada pak Rt, Rw, imam masjid, KUA, pak lurah. Pokoknya berusaha dekat dengan mereka sebagai simbul bahwa “Anda adalah warga yang baik”.
2. Mengunjungi lembaga lembaga dakwah dan mendatanya
3. Mengunjungi masjid
4. Mengunjungi TPA dan tempat pembinaan ummat, untuk memperkenalkan diri
5. Boleh juga mengunjungi unit atau perwakilan pemerintahan di kawsan tersebut, misalnya Dinas pertanian, perikanan dll. Selain untuk hiburan, juga untuk membangun relasi agar dakwah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Tak usah kawatir dengan minimnya kemampuan dan skil kita. Asal mau dan terus membangun networking akan memudahkan agenda dakwah. Jikapun tak mendapatkan banyak dukungan, jangan kawatir. Janjin Allah, “Berapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak”.
Kisah para pendakwah selalu demikian. Awalnya sendirian, lambat laun bertambahkan jamaah, kawan dan pendukung dakwah. Musab bin umair perlu 2 tahun mempersiapkan Madinah sebagai kawasan dakwah, yang kemudian hari menjadi tempat Hijrah. Sekarang pun juga demikian, barangkali kita perlu mengusahalan, 1 dai 1 desa.
Selamat menunaikan tugas wahai kawan! Allah selalu bersamamu.