تُؤْتِىٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍۭ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ ٱللَّهُ ٱلْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. Ibrahim Ayat 25)
Pohon diicipta untuk memproduksi bahan bahan makanan yang diserapnya menjadi buah. Air, pupuk, karbondioksida, pestisida, matahari dan entah apalgi yang berbahaya, diserap dan olah menjadi buah yang bermacam macam. Manusia? Tinggal menikmatinya. Saat makhluk omnivora pemakan segalanya dan herbivora menunggunya itu untuk dimakan, pohon pohon itu tak peduli. Mereka terus berkembang dan berbuah, sambil bertasbih memuji rabnya.
Begitulah para dai, laksana pohon pohon itu. Saat jamaahnya sibuk mencari nafkah, sang dai justru ashik menjadi kutu buku. Membuka lembar demi lembar kitabnya, membaca dan memahami, mencari jawaban atas pertanyaan. Mencari inspirasi dan gagasan gagasan baru untuk merubah warga. Dibuatkan catatan, dinarasikan, dibuatkan rekaman dll. Tujuanya agar jamaah tidak susah mendapatkan buah untuk dikunyahnya.
Jauh sebelum itu, para dai menuntut ilmu, menghafal, belajar mengurai persoalan, membahas masail. Bahkan menyisihkan uang sakunya untuk pengadaan buku buku sebagai jendela melihat dunia. Itulah pupuk hati dan otaknya, kekayaan hakikinya. Tak jarang, mereka menghabiskan waktu waktu malamnya untuk mentelaah dan waktu siangnya untuk mencarinya disudut sudut ruangan perpustakaan.
Hasilnya mereka gunakan tidak saja untuk dirinya pribadi, tapi kebanyakan buah itu untuk maayarakat yang dicintainya. Bahkan tak cukup sampai disitu, disela sela tidurnya, ia sisihkan waktu untuk bangun malam meminta pertolongan, petunjuk dari Allah sang penggenggam hati hambanya. Permintaanya, “Semoga kaumku mendapat petunjuk, mudahkanlah mereka dan berikan ilmu yang bermanfaat”.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir, “Pohon itu memberikan buahnya”, hasil buah-buahnya “pada setiap musim dengan seizin Rabbnya” , demikian pula pohon iman, akarnya teguh di hati seorang Mukmin dalam bentuk ilmu dan keyakinan. Cabangnya berbentuk perkataan baik, amal shalih, akhlak yang disukai dan etika-etika yang bagus selalu berada di langit, menuju kepada Allah dari dirinya berupa amalan-amalan dan ucapan-ucapan yang dihasilkan oleh pohon iman, yang menorehkan manfaat bagi seorang Mukmin dan orang lain. “Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”, kepada hal-hal yang diperintahkan dan dilarang. Karena di dalam penetapan permisalan terdapat (makna) pendekatan untuk makna yang logis dari permisalan yang dapat dicerna oleh panca indera. Dan makna yang diinginkan Allah menjadi benar-benar terang dan betul-betul jelas. Ini salah satu bentuk rahmat dan keindahan pembinaanNYa (kepada para makhluk). Bagi Allah pujian yang paling sempurna dan paling paripurna serta paling luas. Sifat ini merupakan karakteristik kalimat tauhid dan ciri dari hati seorang mukmin.
Dai ibarat syajaroh (pohon). Selalu bermanfaat bagi umat, musim berganti, tetaplah pohon berada diposisinya. Yang berubah hanyalah rindang dan manfaatnya. Namanya tetap saja pohon, demikian juga seorang dai. Selamanya ia berdakwah, menebar kasih sayang, memberi manfaat. Biarkan dai itu berkarya, sebagaiman pohon itu berbuah.