خَلَقَ الْإِنْسانَ () عَلَّمَهُ الْبَيانَ
“Dialah yang menciptakan manusia, mengajarnya berbicara ” (Q.S al-Rahman Ayat 3 – 4).
Hasan al Basri menafsirkan al Bayan dengan bicara. Bicara adalah ekspresi paling memukau bagi manusia. Sampai orang tua begitu bersemangat mengacari putra putrinya bisa bicara. Bicara yang bisa merespon dan mengungkapkan apa yang ada dalam isi hati dan kepalanya. Saat kecil sang ibu mengajarkan kata, “ayah”, “ibu”, lalu dilanjutkan dengan susunan kata, paragraf dan buku buku.
Saat manusia pada titik akhir hidupnya, jelang ajalnya, masih juga diajarkan untuk berkata (bicar) لا اله الا الله وان محمدا رسول الله sebagai penutup kehidupan. Jadi sejatinya, manusia akan terus belajar bicara dan mencari pengajar bicara.
Diantara banyak aktifitas ber-Bicara, manusia memerlukan suatu pembicaraan yang mengandung pesan. Pesan yang dapat mengantarkan pada perilaku yang lebih baik. Suatu aktifitas Bicara yang mengandung pesan, itulah Dakwah. Dengan demikian bicara sejatinya adalah nikmat tersendiri bagi kehidupan manusia, dan terlebih bagi seorang dai.
Banyak dai yang sudah memanfaatkan kemampuan bicara untuk membina ummat dalam kehidupan nyata. Ungkapan ungkapan indah dan menarik perhatian tersusun dalam untaian pembicaraan. Dari kata juga terungkatvijab dan qabul, suara adzan, demikian juga suara salam السلام عليكم diperlukan kata kata.
Maka, kemampuan bicara sejatinya adalah nikmat bagi manusia. Karena ia telah mengantarkan manusia ke suatu kondisi yang memungkinkan ditemukan dan diterapkanya peradaban ilahiyah, perdaban Islami bagi manusia. Berbicaralah wahai dai, karena ummat sedang merindukanmu.