لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٍ
sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). (Al insyiqaq, 20)
Inilah barangkali maksud doa orang tua dan para tamu undangan saat kita di aqiqahin dahulu, “semoga jadi anak sholeh ya”. Sejak awal memang kita ditahbiskan oleh orang tua jafi anak sholeh, seperti juga Bunda Imran meniatkan jabang bayinya agar kelak menjadi muharir bagi agamanya.
Jadi, jika hari ini kita melaksanakan kesolehan, meniti dakwah yang menjadi cita cita banyak orang memang bukan kebetulan. Dimulai dari yang kecil, “untaian doa agar anak ini menjadi sholeh”.
Hari bertambah, kekuatan semakin besar, kemampuan semakin sempurna, daya nalar tambah mumpuni dan keterampilan semakin komplit.
Dibentuk saat kuliah dan dikuatkan ulang saat membaca ikrar wisuda. Dipimpin Kiyai kharismati KH. Abdul wahid Alawi slah satu pimpinan senior Dewan dakwah dan kepala biro dakwah di timur tengah pilihan Allahuyarkan Kiyai Haji Muhammas Natsir sang arsitek NKRI dengan mosi integralnya. Menyatukan negeri yang dipecah belanda Republik Indonesia Serikat. Semangat ukhuwahnya, mengalir menyatukan negeri yang terkoyak, karena jiwa dainya. Misi dakwah menguatkan ukhuwah.
Hari ini, penerus itu, Mahasiswa STID MNatsir melakukan pembekalan u tuk kesekian kalinya,m mengingatkan ulang bahwa “Tugas Kami adalah Berdakwah”.
Tak terasa, sekian tahun dikampus tercinta sudah berakhir secara fisik, tapi tak berhenti secara ideologis. Karena dakwah adalah warisan yang terus mengalir, berganti, berestafet.
Semangatnya, sedikit demi sedikit sebagaimana pesan Allah. Biarkan orang menilai karena kecil dan sederhanannya program dakwah kita. Ibarat tukang sedang menata bata, satu demi satu. Pada waktunya, bata itu akan berdiri dan bahkan menjadi tempat perlindungan penhuninya dan tamu tamu yang datang. Tancapkan niat, toh Allah mulai mencatat pekerjaan ummatnya dari yang kecil.
Selamat mengikuti pembekalan, semoga banyak manfaat.