Pada pembahasan yang lalu dijelaskan,
bahwa RasulullahShallallahu Alaihi ua Sallam selalu mengerjakan shalat sunnah
fajar dua rakaat terlebih dahulu sebelum berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah bersama para sahabat. Akan tetapi, jika biasanya beliau senang memanjangkan shalatsunnahnya, maka dalam shalat sunnah fajar ini beliau mengerjaannya dengan ringan dan tidak memperpanjang bacaannya.
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, “Dari Hafshah Radhiallahu Anha, bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam apabila muadzin telah mengumandangkan adzan subuh dan subuh telah tampak, beliau shalat dua rakaat ringan.” (Muttafaq Alaih)
Di dalam Nuzhat Al-Muttaqin’ dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan dua rakaat ringan adalah meringankan shalat sunnah dua rakaat fajar dalam bacaan dan gerakannya, yakni shalat dengan cepat. Sampai-sampai dikarenakan cepatnya
Aisyah pernah bertanya dalam hati, apakah beliau membaca AI-Fatihah atau tidak dalam dua rakaat tersebut.
Tentu saja shalat sunnah fajar dua rakaat yang ringan ini, harus dengan menjaga kesempurnaannya tanpa tergesa-gesa.
Dengan demikian, jika shalat qabliyah subuh ini diringankan, akan tersedia waktu cukup banyak untuk melaksanakan shalat
subuh dengan bacaan yang panjang. Seperti yang kita ketahui, bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam senantiasa membaca ayat-ayat yang panjang dalam shalat subuhnya, sekitar enam puluh hingga seratus ayat, sebagaimana diceritakan oleh kitab-kitab hadits. Sehingga manakala pulang kembali dari shalat subuh, para sahabat dapat melihat dengan jelas wajah sahabatnya dikarenakan hari telah terang.
Aisyah Radhiallahu Anha berkata,
“Nabi Shalallahu Alaihi’ wa Sallam selalu meringankan shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh. Sehingga aku
berkata, apakah beliau membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) ?” (Muttafaq Alaih)
Ummul Kitab adalah surat Al-Fatihah. Dinamakan demikian, karena surat Al-Fatihah mengandung maksud keseluruhan
Al-Qur’an secara global, sekaligus ia merupakan surat pertama
dalam urutan Al-Qur’an. Dan Al-Fatihah ini termasuk surat yang pendek, ia hanya terdiri dari tujuh ayat saja. Namun
meskipun Al-Fatihah cukup pendek, Aisyah menggambarkan shalat sunnah fajar Nabi seolah-olah beliau tidak membacanya,
dikarenakan amat ringkasnya beliau dalam mengerjakan shalat sunnah fajar ini.
Hashah Radhiallahu Anha berkata,”Apabila fajar telah terbit, Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidaft shalat lagi selain hanga dua rakaat ringan.” (HR. Muslim) Jadi, meringankan shalat sunnah qabliyah subuh atau shalat fajar dengan memendekkan gerakan dan bacaan adalah
salah satu kebiasaan yang selalu dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.