Apabila orang sakit sudah sangat payah dan mendekati sakaratul maut (kritis), Tetapi dia masih sadar, dapat mendengar dan berkata-kata, maka hendaklah kita melakukan hal-hal sebagai berikut:
Membaringkan ke arah kiblat
Jika kondisi sakit memungkinkan untuk menghadap kiblat, maka dapat dilakukan dengan dua cara, pertama, memiringkan badan pasien ke kanan dan wajahnya menghadap ke kiblat. Ini merupakan posisi berbaring yang lebih utama.Kedua, membaringkan secara terlentang dan kakinya mengarah ke kiblat. lalu, kepalanya sedikit diangkat atau ditinggikan sehingga wajahnya menghadap ke kiblat.
Menghadirkan sanak keluarga pasien
Ketika orang sakit dalam kondisi kritis, maka hendaknya kita menghadirkan keluarga dan saudara yang dicintainya, yang dapat menghiburnya –dan yang paling bertakwa kepada Allah– untuk mengingatkannya kepada Allah, serta bertaubat dari segala dosa dan maksiat. serta disunnahkan pula agar keluarganya memperbanyak membaca al-Quran dan dzikir lainnya. Serta mengingatkannya agar dia mensyukuri nikmat Allah dengan hati dan memperbanyak ibadah sebelum tutup usia.
Keluarganya dapat menasehati agar dia bersungguh-sungguh menutup usianya dengan kebaikan, bersegera melunasi segala hak orang lain, mengembalikan barang-barang yang diperoleh dengan cara zalim, meminta maaf kepada istri atau suami, orang tua, anak-anak, tetangga, teman sejawat, dan setiap orang yang berhubungan dengannya, dalam muamalah maupun pergaulan sehari-hari. hendaknya orang sakit berwasiat tentang anak-anaknya, agar ada yang mengurusi mereka sepeninggal si sakit. dia juga hendaknya berwasiat kepada keluarganya agar melunasi segala hutangnya.
Mentalqin
Dianjurkan agar orang sakit (yang kritis) ditalqin (dibimbing untuk mengucapkan) kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallaah, dengan jelas dan lembut. hendaknya dalam membacakan kalimat tauhid tersebut tidak diulang-ulang atau dipaksakan agar tidak membingungkan. dengan ini diharapkan kalimat Tauhid menjadi akhir perkataan yang diucapkannya. sebab ada hadits yang meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda
لقنوا موتاكم لا اله إلا الله فمن كان آخر كلامه لا اله إلا الله دخل الجنة
Talqinlah orang yang menjelang kematian diantara kalian dengan kalimat tauhid Laa ilaaha illallaah, barangsiapa mengakhiri hidupnya dengan ucapan Laa ilaaha illallaah, niscaya dia akan masuk surga (HR. Muslim, Abu Dawud, dan At Tirmidzi dari Sa’id al Khudriy).
Memperbanyak Doa
Orang yang datang menjenguk hendaknya memperbanyak doa untuknya. dan janganlah berbicara dengannya, kecuali pembicaraan yang baik. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إذا حضرتم المريض أو الميت فقولوا خيرا فإن الملائكة يؤمنون على ما تقولون
Jika kamu menjenguk seseorang yang sedang sakit atau meninggal, hendaklah kamu berbicara yang baik-baik karena Malaikat akan mengaminkan apa yang kamu katakan. (HR. Muslim dan Baihaqi).
Mengingatkan orang sakit agar berbaik sangka kepada Allah
sebaiknya pihak keluarga atau orang-orang yang hadir mengingatkan agar orang yang sakit parah hanya berharap kepada Allah dan amal baiknya, serta berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Allah berfirman di dalam Hadits Qudsi:
لا يموتن أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله تعالى
Janganlah seseorang diantara kalian Mati kecuali dia berbaik sangka terhadap Allah (HR. Muslim).
Keadaan seperti itulah yang sebaiknya memenuhi hati orang sakit sebab Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman dalam Hadits Qudsi
أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه حين يذكرني
Aku selalu dekat dengan sangkaan hambaKu tentang Aku dan Aku bersamanya selama dia mengingatKu (HR. Abu Muawiyah dari Abu Hurairah).
Tujuan dari nasehat ini adalah agar orang yang sakit saat meninggal dunia hatinya dipenuhi dengan prasangka yang baik terhadap Allah, berharap akan kemurahan dan keluasan rahmatNya, serta memiliki keinginan yang sangat besar untuk menemuiNya. Dalam sebuah Hadis disebutkan sebagai berikut:
من أحب لقاء الله أحب الله لقاءه ومن كره لقاء الله كره الله لقاءه
barangsiapa yang sangat menginginkan berjumpa dengan Allah maka Allah juga ingin berjumpa dengannya. akan tetapi barangsiapa yang tidak ingin berjumpa dengan Allah maka Allah juga tidak ingin berjumpa dengannya. (HR. Bukhari). [kanzen]
Sumber: “Sakitku Ibadahku” // Drs. Ahmad Izzan // KlinikalMahira // 2010