ياحي يقيوم برحمتك استغيث اصلح لى شانى كله ولا تكلنى الى نفسى طرفة عين
” Wahai dzat yang maha hidup dn yang berdiri sendiri, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau hanya sekejab mata” (Hakim)
Kesadaran adalah sifat baik yang harus dimiliki oleh setiap dai. Pada sifat sadar terdapat kontrol bagi keseluruhan kondisi jiwa, akal dan juga jasad bagi manusia. Dari sadarlah muncul karakter penyabar, tawakkal, kemana hidup ini akan berakhir, kepada siapa ibadah ditujukan, siapakah yang memiliki kekuasaan sejati atas fenomena ini dan lain lain.
Seperti Nabi Nuh yang berdoa malam dan siang, begitu pula para penggerak dakwah, memiliki kesadaran bahwa dakwah itu laksana hamparan siang dan malam. Kapan memulai dan mengakhiri tak ketahuan tepianya. Silih berganti penyeru dakwah dihadiahkan Allah untuk penduduk bumi, tapi kesesatan masih ada pula, maka dakwah tak boleh berhenti.
Para dai harus terus mennggerakkan misi dakwah ini, semampu dan sampai akhir hidup. Pergerakannya akan memberikan motivasi kepada ummat bahwa ummat terbaik masih menjadi agenda perjalanan dunia, dimanapun berada dan kapanpun. Naik turunnya semangat dakwah adalah hal biasa yang dapat diantisipasi dengan kesadaran. Sadar bahwa diri ini harus semakin baik, saat sendiri dan saat bersama orang lain.
” …… janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau hanya sekejab mata” , adalah ajaran inti kehidupan bahwa diri ini tak mempunyai kuasa walau hanya sebentar saja. Ini pula yang harus dimiliki seorang penyeru kebenaran, bahwa pekerjaan mulia ini berat dan panjang. Hanya pribadi yang penuh kesadaran yang akan mampu mengembannya, bahwa perubahan masyarakat sejatinya adalah kontribusi yang luar biasa dari Allah.
Memang juru dakwah telah memulainya, mengelolanya, meluaskan dan mulai memtik hasilnya, tapi itu semuanya hanyalah bagian terkecil dari peristiwa dakwah ini. Kita hanya mampu menekuni yang kecil sja sejatainya, tapi jangan mengeluh, “Tak ada yang besar kecuali telah dirintis dan dimulai dari yang kecil”.
Kesadan harus dibangun dan dikuatkan, bahwa kebersamaan Allah معية الله adalah sebuah nilai tauhid bagi dai saat terjun dimasyarakat. Kesadaran bahwa “Allah harus senantiasa di posisikan membersamai dai”, akan membuat kesulitan dan tantangan dakwah akan semakin mudah untuk diatasi. Ada harapan dan rasa takut terhadap setiap kegiatan.
Doa diatas, selain dibaca pagi petang sebagai bentuk pengharapan, tetapi juga bentuk kesadaran dari pribadi Muslim akan siapa dirinya. Hanya menyandarkan dakwah kepada diri sendiri karena disenangi jamaah, karena intonasi suara yang menawan, karena pandai mengelola dan karena …. yang lainya, sejatinya justru akan membuat pergerakan dakwah ini berantakan. Mengapa? Karena yang maha hidup dan yang menghidupan hanyalah Allah semata.
Sadarlah, bahwa diri ini tak berarti apa apa untuk masyarakat walaupun hanya sekejap mata. Semua ide, perencanaan, dan aksi lapangan terkait dakwah adalah atas kekuasaan Allah. Kita hanya mengambil bagian sedikit saja dari itu semua, “Sekejab mata memandang”.
Ya Allah jangan Engkau tinggalkan diriku sendiri walaupun hanya sekejab mata. Nasrun minallah!