وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشْرَكُوا۟ ۗ وَمَا جَعَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ۖ وَمَآ أَنتَ عَلَيْهِم بِوَكِيلٍ
Dan jika Allah berkehendak, niscaya mereka tidak memperkutukan(Nya). Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi mereka; dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka. (QS. Al-An’am : 107)
Mujahadah, bersungguh-sungguh adalah sifat mulia yang Allah berikan kepada manusia. Dengan kesungguhan itulah manusia bertahan, berusaha dan tidak berhenti dalam pencarianya. Bahkan dengan kesungguhan itulah manusia membuat rencana dan target.
Kesungguhan itu semakin menguat saat dipupuk dengan ilmu, dipupuk dengan taqarrub kepada Allah. Manusia berusaha sekuat tenaga mencari cara keluar dari kesulitan dirinya, bereksperiman dan menemukan ilmu baru. Tak pernah puas, satu inovasi ditemukan, berpindah ke target baru.
Lihatlah, bagaimana para pelaku dakwah berusaha dengan sekuat tenaga, berbagai cara dicoba, ditularkan dan dipraktekkan. Dikeluarkan biaya yang besar, melalui ceramah, tulisan dan karya-karya estetika yang menawan. Satu tujuanya, menyadarkan sebanyak mungkin manusia dari kesesatan keyakinan, pikiran dan tindakan.
Argumen logis disusun dengan kerangka pikir dan narasi yang indah. Dari yang “njlimet” sampai hampir merontokkan rambut kepala, hingga yang cukup dikemas dengan diksi yang ringan, bahkan menghibur. Kontenya sejatinya berat dan ruwet, tapi disajikan melalui media yang ringan dan mudah dicerna.
Dicarikan contoh yang aktual dari kehidupan nyata, alasan kan agama ini digunakan dalam kehidupan manusia hari ini. Seperti ayat ayat yang menjelaskan Surga dengan sungai, air, bidadari dan kenikmatan tanpa batas. Atau sebaliknya, dengan Neraka tentang api, air yang mendidih, serta panas yang mengelupaskan kulit. Astaghfirullah, aku berlindung dari adzab qubur dan neraka jahannam.
Sebagianya, menginisiasi obyek dakwah dengan pola pendampingan masyarakat. Dirintislah Pesantren pertanian, perikanan, keterampilan bahkan dibuatlah pesantren interpreneur. Harapanya, agar dakwah semakin meluas dan diminati berbagai kalangan. Yang muda didekati dengan konsep kekinian, dibina dengan apa yang sedang tren saat ini.
Sebagianya merintis komunitas pelayanan dakwah, mereka tidak langsung terjun membina, atau berceramah dan bicara dalam wacana pemikira ilmiah di forum seminar. Tapi mereka memposisikan diri sebagai grup kerja penyokongnya. Menyediakan pelayanan digital, mendesain konten dakwah secara menarik, melakukan survei sebagai bahan evaluasi atas dakwah yang telah, sedang dan selesai dikerjakan.
Mereka menjadi volounter, pekerja sosial dakwah dikala senggang kesibukan dirinya. Yang dokter membantu menangani pasien dari masyarakat binaan. Yang berharta dan kaya, membantu pembiayaan atas ide-ide baru yang dilontarkan. Intinya, setiap person mengambil bagian dalam mensukseskan tugas dakwah, baik berada dalam sub-group struktural organisasi dakwah, atau cukup membantu dikala diperlukan.
Tapi, apakah tugas dakwah, menyadarkan manusia ini akan selesai dengan berbagai pendekatan yang kita sebut diatas? Ternyata kuasa Allah mendominasi hidayah itu. Allah yang menentukan hasilnya. Kita, para dai hanya ditugaskan untuk mengusahakan, mencarikan pintu masuk dan jalan keluar. Membantu menyadarkan mereka. Ketetapannya ditentukan oleh Allah.
Jadi apakah akan berhenti berdakwah? Sebaiknya jangan memiliki impian berhenti dari mengajak orang untuk sadar. Berikan cara yang mudah, agar masyarakat merasakan bagaimana perhatian juru dakwah kepada mereka, karena kasih sayang Allah lebih luas dari apa yang kita usahakan.