وَقَالَ يَٰبَنِىَّ لَا تَدْخُلُوا۟ مِنۢ بَابٍ وَٰحِدٍ وَٱدْخُلُوا۟ مِنْ أَبْوَٰبٍ مُّتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَآ أُغْنِى عَنكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ
Dan Ya’qub berkata: “Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri”. (QS. Yusuf, 67)
Dalam literasi Islam, kita mengenal istilah “باب”, selain fasl, syarh, dan matan. Dalam bahasa kita, dengan maksud yang sama dinamakan “BAB”. Anak kuliah yang sedang menyelesaikan skripsi, selalu ditanya dosen pembimbingnya dengan pertanyaan, “Sudah sampai BAB berapa?”.
“Mari kita mulai pengajian malam ini dengan membaca dan mengulang apa yang saya baca”, begitulah suara ustadz muda mengawali pertemuan. Saya menunggu dengan sabar, surat apa yang akan disampaikan. “Ba-bi-bu-bab-bu-ban-bani-babna-minal mubni-baniban”, begitula ustad muda mengajar muridnya yang sudah manula di Rumah Quran. Diulang dan diulang lagi, karena kesalahan baca dan juga untuk mengingatkan terus agar menanjap dalam pikiran dan hati.
Lain lagi saat ketemu guru bahasa Arab, BAB artinya pintu. Dalam rumah kita ada pintu, digunakan untuk masuk dan keluar. Maka ada Babu al-Jannah yang berarti pintu surga. Ada Babu al-Kair pintu kebaikan, ada pula Babu ni’mah pintu nikmat. Hadist menyebutkan, Pintu Surga kalimat Lailaha illallah, pesan penting untuk lebih semangat dalam beramal.
Orang tua berpesan kepada anak-anaknya agar kreatif, menggunakan berbagai cara yang baik agar cita cita dapat diwujudkan. Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari’ah Universitas Qashim memberikan komentar terhadap ayat diatas, “Dan Ya’kub memberi nasehat kepada anak-anaknya: “Wahai anak-anakku, janganlah kalian memasuki Mesir melalui satu pintu, untuk menghindari kemahdharatan, dengki dan penyakit mata, namun masuklah melalui pintu-pintu yang terpisah, supaya tidak menarik perhatian orang. Dan aku tidak bisa melindungi kalian sedikitpun dengan wasiat dan rencanaku ini dari ketentuan dan takdir Allah atas kalian. Tiada ketentuan kecuali hanya milik Allah. Hanya kepadaNyalah aku bersandar dan berpegang teguh, supaya membawa pulang kalian semua dengan selamat.” Maka seharusnya hanya kepadaNyalah orang-orang yang bertawakal itu bersandar”.
Dalam aktivitas dakwah, ayat diatas barangkali bisa dipakai untuk membantu juru dakwah dalam melakukan pembinaan. Sifat dan karakter yang berbeda dari masyarakat, memerlukan berbagai cara pendekatan. Jangan melakukan pendekatan hanya dari satu cara, manfaatkan keunikan yang macam macam agar tujuan dakwah sampai.
Seperti buku dicetak dengan berbagai BAB untuk memudahkan para santri dalam belajar. Sebagaimana 7 pintu Surga diciptakan, agar manusia termotivasi dengan amal amalnya. Tujuanya satu, agar khalayak mudah mengakses dan memilih pintu mana yang cocook bagi dirinya.