فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرً
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (QS. Al-Insyirah,5).
Manusia disuruh belajar, mengalami kehidupan, berusaha, terjatuh dalam kesalahan. Dengan ilmu manusia membaca peluang, memilih kesempatan. Kekuatan dan kelemahan saling koreksi, sehingga kesulitan bisa diatasi
Awal pandemi, kondisi kita benar benar kaget, droup, dan mengalami kondisi kebingungan yang akut. Sampai sekarang sejatinya masih dalam situasi yang sama, tapi kita lebih siap menerima. Kesulitan, terutama soal kesiapan mental sedikit demi sedikit dapat diatasi. Ilmu tentang iman kepada taqdir, dan kehidupan masa yang akan datang, tentang kematian dapat menghibur dan memberikan pelajaran yang amat kuat. Bahwa kita sejatinya, cepat atau lambat, ada penyakit atau dalam kondisi sehat, akan kembali ke dunia yang hakiki.
Akhirat, kampung yang sebnarnya. Dunia sebatas terminal, tempat istirahat sejenak mengumpulkan tenaga dan memulihkan stamina. Kesulitan, penghalang selama perjalanan yang lewat dan juga perjalanan yang akan datang, perlu diantisipasi. Bekal dikumpulkan, dipilih mana yang cocok dan mana yang harus ditinggalkan. Yang baik baik dari amal dibawa sebagai bekal, sedang yang jelek jelek dari kemungkaran ditinggal dan dikubur bersama istighfar sebagai pertaubatan.
Allah telah menyiapkan sarana, jika kesulitan itu dialami dalam perjalanan, jangan berhenti berbuat. Terus dan terus, ukir walaupun amal itu sedikit, agar karunia kemudahan hadir disaat yang tepat. Sudah menjadi rumus Rabbani, bahwa setiap kesulitan ada kemudahan didalamnya.
Rasanya boleh juga kita curiga, saat berbagai urusan kok mudah terus, tiada penghalang, jangan-jangan kesulitanya berada di ujung amal. Karena sulit dan mudah adalah pasangan yang saling berhubungan, seperti rumus sebab akibat.
Kitab tafsir memesankan, “Jangan sampai gangguan musuhmu menyurutkanmu untuk menyebarkan risalah, karena bersama kesulitan ada jalan keluar, bersama kesulitan ada jalan keluar”. Dalam usaha dakwah, menyebarkan dan mendidik masyarakat juga selalu mengalami hal yang sama, ada kesulitan dan banyak kemudahan.
Bentuk kata sulit ‘usri’ berbentu makrifat (maknanya terbatas) dan dengan jumlah yang sedikit. Sedangkan mudah ‘yusra’ berbentuk nakirah dengan kandungan maksud umum. Dalam catatan ahlu tafsir, berarti yang namanya kesulitan itu sejatinya lebih sedikit dan mampu diantisipasi. Berbeda dengan kata mudah, ia umum artinya lebih banyak dan mungkin tak terbatas. Kemudahan adalah karunia Allah bagi hambanya, agar saat melakukan al amru bil makruf wa nahyu ‘anil munkar menjadi lebih ringan.
Ayat diatas akan semakin aktual, jika kita sendiri yang mengalaminya. Kapan? Sekarang dan saat ini.