Serang – Melanjutkan kepeloporan Mohammad Natsir dalam bidang pendidikan, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bertekad hadirkan pendidikan unggul. Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Umum DDII, Dr. Adian Husaini, saat membuka Mukernas Bidang Pendidikan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Pusat, Sabtu (22/11/2024).
Acara itu digelar di Serang Banten dan mengambil tema: “Penguatan Mutu Sekolah dan Pesantren Dewan Da’wah dalam Rangka Menyongsong Indonesia Emas 2045”. Acara dihadiri oleh 107 peserta yang merupakan pimpinan lembaga pendidikan di bawah DDII dari berbagai provinsi di Indonesia.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan DDII, Dr. Ujang Habibi, tujuan diselenggarakannya Mukernas ini adalah untuk menguatkan visi-misi seluruh lembaga pendidikan DDII agar berorientasi pada tujuan dan semangat yang sama dengan DDII yakni melahirkan kader dai yang tangguh dan profesional.
Saat ini, DDII mengelola ratusan lembaga pendidikan, mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Di tingkat Pendidikan Tinggi DDII memiliki Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, yang berumur 25 tahun. Saat ini, STID M. Natsir memiliki mahasiswa lebih dari 800 orang dan sudah meluluskan lebih dari 1000 sarjana dakwah. Mereka tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
Dr. Adian Husaini menyebut bahwa STID M. Natsir merupakan salah satu Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia. Kampus DDII ini terbukti berhasil mendidik mahasiswanya menjadi manusia-manusia yang bermanfaat bagi sesama. Mereka berani terjun ke daerah-daerah untuk melaksanakan dakwah Islam.
DDII juga mengelola puluhan lembaga pendidikan mulai TK, SD, SMP maupun SMA, serta beberapa pesantren. Lembaga pendidikan DDII memiliki motto yang khas, yaitu melahirkan dai sejak dini, dengan tiga kriteria: cinta ilmu, cinta dakwah, dan berakhlakul karimah.
Saat ini, sejumlah sekolah DDII sudah dikenal memiliki kualitas yang tinggi, seperti SD Diponegoro di Semarang, dan SMP DDII di Tambun Bekasi. Ada juga SD al-Firdaus di Magelang, dan beberapa sekolah lainnya.
Acara Mukernas Bidang Pendidikan DDII ini untuk pertama kalinya diselenggarakan dengan tujuan utama melakuan konsolidasi dan peningkatan kualitas pendidikan. Menurut DR. Adian, DDII sangat beruntung karena memiliki tokoh ideal bernama Mohammad Natsir.
“Pak Natsir itu seorang guru teladan, dai teladan, dan juga negarawan teladan. Jadi, kita arahkan semua pendidikan kita untuk membentuk pribadi unggul seperti Mohammad Natsir,” kata Dr. Adian.
Ketum DDII itu juga mengajak seluruh jajaran pimpinan dan guru lembaga pendidikan DDII agar yakin dengan konsep pendidikan Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Model pendidikan yang unggul itu telah terbukti melahirkan manusia-manusia terbaik, mulai generasi sahabat Nabi sampai para tokoh dan ulama hebat, seperti M. Natsir, Hamka, dan sebagainya.
Kepeloporan M. Natsir dalam pendidikan sangat mengagumkan. Selain berani terjun langsung sebagai guru setelah lulus SMA, Natsir juga mendirikan sekolah Islam bernama Pendis (Pendidikan Islam), tahun 1932. Tahun 1937, Pak Natsir sudah menggagas perlunya umat Islam memiliki Perguruan Tinggi, bernama Sekolah Tinggi Islam (STI).
Gagasan ini terwujud pada 8 Juli 1945. Jadi, berdirinya kampus Islam mendahului Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Ketua Penitia pendirian STI adalah Mohammad Hatta dan M. Natsir bertindak sebagai sekretaris.
Kepeloporan M. Natsir dalam pendidikan itulah yang ditekankan oleh Dr. Adian agar diteruskan oleh seluruh jajaran DDII, di seluruh Indonesia. “Sekarang saat yang tepat untuk kita berkonsetrasi melahirkan lembaga-lembaga pendidikan yang unggul, sesuai dengan kriteria Islami, bukan kriteria materialis dan kapitalis,” ujar Dr. Adian, yang juga Ketua Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor. (Humas DDII)