TUNTUNAN SHOLAT ID DI RUMAH DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh: Ust Muhammad Khumaidi, Lc.. M.H.I
(Pimpinan Pondok Darul Hikmah Provinsi Lampung)
(Kaderisasi Dewan Dakwah Provinsi Lampung)
Ada beberapa opsi yang dijelaskan oleh para ulama’ jika seseorang tidak mendapati shalat id bersama imam. Sebelum menjelaskan cara sholat Id di rumah, kita akan jelaskan pandangan ulama’ tentang hukum sholat Id.
? Hukum Sholat I
Ada beberapa pendapat mengenai hukum sholat Idul Fitri dan Idul Adha,
? 1. Wajib (bukan fardhu), Pendapat Mazhab Hanafiyyah
وروى الْحسن عَن أبي حنيفَة أَنه قَالَ وَتجب صَلَاة الْعِيد على أهل الْأَمْصَار كَمَا تجب الْجُمُعَة, وَذكر أَبُو الْحسن الْكَرْخِي هَهُنَا وَقَالَ وَتجب صَلَاة الْعِيد على من يجب عَلَيْهِ الْجُمُعَة.
Riwayat dari Imam Hasan As-Syaibani dari Abu Hanifah bahwa dia berkata: wajib sholat id bagi penduduk negri sebagaimana wajibnya sholat jum’at. Begitu juga Abu Hasan Al-Karkhi bahwa kewajiban sholat id berlaku bagi mereka yang punya kewajiban sholat Jum’at. (Tuhfatul Fuqoha’/Abu Bakr Alauddin As-Samarkandi: 540H)
? 2. Fardhu Kifayah, Pendapat Mazhab Hanbali
وَصَلَاةُ الْعِيدِ فَرْضٌ عَلَى الْكِفَايَةِ، فِي ظَاهِرِ الْمَذْهَبِ، إذَا قَامَ بِهَا مَنْ يَكْفِي سَقَطَتْ عَنْ الْبَاقِينَ، وَإِنْ اتَّفَقَ أَهْلُ بَلَدٍ عَلَى تَرْكِهَا قَاتَلَهُمْ الْإِمَامُ.
Sholat id fardhu kifayah dalam pandangan mazhab Hanbali, jika telah ada yang melaksanakan maka gugur kewajiban bagi yang lain, jika semua penduduk tidak melaksankan maka mereka diperangi oleh imam kaum muslimin. (Al-Mughni, Ibnu Qudamah: 620 H)
Dalam Al Lajnah Ad Daimah:
صلاة العيدين فرض كفاية؛ إذا قام بها من يكفي سقط الإثم عن الباقين .
Shalat id itu fardhu kifayah, jika ada yang melaksanakan sebagian, maka sebagian lain tidak berdosa. (Al Lajnah Ad Daimah)
? 3. Sunnah Muakkadah, Pendapat Jumhur Fuqoha’ dalam mazhab Syafiiyyah dan Malikiyyah
وَقَالَ أَبُو إِسْحَاقَ الْمَرْوَزِيُّ وَهُوَ أَشْبَهُ بِمَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ، إِنَّهَا سُنَّةٌ.
Abu Ishaq Al-Marwazi dan ini yang paling shahih dari mazhab syafii (sholat id) adalah sunnah. (Al-Hawi Al-Kabir/ Al-Mawardi: 450H)
فالذي صار إليه معظم الأئمة أن صلاة العيد سنة مؤكدة.
Pendapat sebagian besar imam mazhab bahwa shalat id adalah sunnah muakkadah. (Nihayatul Mathlab/Imam Haramain 478H)
? Hukum Khutbah Sholat ‘Id
وأما خطبة العيد فغير واجبة إجماعًا
Adapun hukum khutbah id tidaklah wajib dalam pandangan Ijma’ Ulama. (Hasyiyah Arraud Al-Murobbi’/Abdurrahman Al-Ashimi An-Najdi: 1392H)
أَنَّ خُطْبَةَ الْعِيدِ سُنَّةٌ
Khutbah id adalah sunnah. (Al-Hawi Kabir/Imam Mawardi: 450H)
? Dasar Tuntunan Sholat Id di Rumah
Berikut adalah tuntunan bersumber dari Sahabat Anas bin Malik,
أَنَّهُ كَانَ إذَا لَمْ يَشْهَدْ الْعِيدَ مَعَ الْإِمَامِ بِالْبَصْرَةِ جَمَعَ أَهْلَهُ وَمَوَالِيهِ، ثُمَّ قَامَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي عُتْبَةَ مَوْلَاهُ فَيُصَلَّى بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ، يُكَبِّرُ فِيهِمَا. وَلِأَنَّهُ قَضَاءُ صَلَاةٍ، فَكَانَ عَلَى صِفَتِهَا، كَسَائِرِ الصَّلَوَاتِ
Bahwasanya ia apabila tidak mengikuti shalat Id bersama imam di Bashrah, ia mengumpulkan keluarga dan para pembantunya, kemudian Abdullah bin Abu Atabah berdiri memimpin shalat bersama mereka dua rakaat, bertakbir pada kedua rakaatnya. (al-Mughni/Ibnu Qudamah: 620 H)
Shalat id boleh dilakukan berjamaah atau sendirian sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Hasan Ali al-Bagdadi:
وَيُصلي العيدان فِي الْحَضَر وَالسّفر جمَاعَة وفرادى
Dan hendaklah melaksanakan shalat dua hari raya dalam keadaan hadir maupun bepergian, baik dengan berjamaah maupun sendiri-sendiri. (al-Iqna’ fil fiqh asy-Syafi’i: Imam Mawardi: 450H)
? Bagaimana Cara Salat Idul Fitri di Rumah?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, kita harus kembali menilik hukum dari salat idul fitri itu sendiri. Salat Ied, baik salat Idul Fitri maupun salat Idul Adha hukumnya adalah sangat dianjurkan (sunnah mu’akad) untuk dilaksanakan dan dilakukan secara berjamaah. Berikut adalah penjelasan dan pandangan dari beberapa ulama perihal masalah yang dimaksud.
Imam Syafi’i dalam kitabnya, Al-Umm, mengatakan bahwasannya :
وَلِلتَّطَوُّعِ وَجْهَانِ صَلَاةٌ جَمَاعَةً وَصَلَاةٌ مُنْفَرِدَةً وَصَلَاةُ الْجَمَاعَةِ مُؤَكَّدَةٌ وَلَا أُجِيزُ تَرْكَهَا لِمَنْ قَدَرَ عَلَيْهَا بِحَالٍ وَهُوَ صَلَاةُ الْعِيدَيْنِ وَكُسُوفِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ وَالِاسْتِسْقَاءِ
“Shalat sunnah terbagi dua, yakni yang dilaksanakan berjamaah dan yang sendiri-sendiri. Adapun shalat sunnah yang sangat dianjurkan berjamaah tidak diperkenankan untuk meninggalkannya bagi yang mampu melaksanakannya, yaitu salat dua hari raya, gerhana matahari dan bulan, serta shalat istisqa.” (Al-Umm/Imam Syafii: 204 H)
Imam asy Syafi’i Rahimahullah mengatakan:
ويصلي العيدين المنفرد في بيته والمسافر والعبد والمرأة
Shalat dua hari raya seorg diri di rumah baik musafir, hamba sahaya, dan wanita.
(Al-Umm/Imam Syafii: 204H)
Berikut adalah pilihan para ulama mengenai sholat id jika dilaksanakan di rumah.
? 1. Tidak dilaksanakan tidak apa-apa
ولا شيء على من فاتته صلاة العيد مع الإمام، وقال الشافعي: يصلي وحده كما يصلي مع الإمام، وهذا بناءً على أن المنفرد هل يصلي صلاة العيد؟ عندنا لا يصلي، وعنده يصلي
Tidak ada kewajiban apapun bagi yang telah tertinggal dan kehilangan sholat id bersama imam. Adapun Imam Syafii berpendapat sholat sendirian seperti shalat bersama imam. Tapi masalahnya apakah jika sendirian ia harus sholat? Pendapat kami tidak perlu sholat, berbeda dengan pendapat Beliau. (al-Muhith Al-Burhani/Abul Maali Burhanuddin: 661H)
لو فاتته صلاة العيد، ونام عن الوتر حتى طلعت الشمس لم يعد، ولو تعمد ترك ذلك أعاد الوتر، فأما العيد فسنتها الجماعة فإذا فاتت لم تجب إعادتها
Jika tertinggal sholat id atau tertidur dari sholat witir hingga matahari terbit maka tidak mengulang sholat. Kecuali jika dia sengaja maka harus diqodho’ witirnya, adapun sholat id sunnahnya adalah dengan berjamaah maka jika terlewaat tidak ada kewajiban melaksanakannya. (Jami’ limasail Mudawwanah/Abu bakr ibnu Yunus As-Shaql: 451H)
? 2. Dilaksanakan dengan 4 Rakaat
Imam al-Auza’i, Imam Ahmad dan Ats-Tsauri berpendapat bahwa, orang yang hendak mengqadha shalat Id hendaklah melakukannya dengan salat empat rakaat, baik dengan satu salam atau dua salam (dua rakaat dua rakaat). Empat rakaat ini diqiyaskan kepada salat Jum’at yang apabila terlewat maka harus menggantinya dengan empat rakaat. Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Mas’ud yang berbunyi :
قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُودٍ: مَنْ فَاتَهُ الْعِيدُ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا
Abdullah bin Mas’ud berkata,“Barangsiapa yang luput dari shalat Id maka hendaklah ia shalat empat rakaat” (HR. Thabrani)
ومن فاتته صلاة العيد صلى أربع ركعات كصلاة التطوع ويسلم في آخرها وإن أحب فصل بسلام بين كل ركعتين.
Siapa yang tidak memdapatkan shalat id hendakla shalat dengan empat rakaat sunnah, hanya dengan satu salam diakhir atau bisa juga dengan dua salam. (Mutun Khoroqi/Abul Qosim Al-Khoroqi: 334 H)
Namun Ibnu Mundzir dan Imam Syafii menganggap bahwa pendapat yang menyatakan qadha shalat Id dengan empat rakaat adalah tasybih yang lemah, pasalnya shalat Ied tidak bisa dikategorikan sebagai salat pengganti, sebagaimana salat Jumat yang merupakan pengganti dari shalat Dzuhur yang memiliki empat rakaat.
? 3. Dilaksanakan 2 Rakaat Dengan Takbir Layaknya Sholat Id Seperti Biasa
Pendapat lain adalah pendapat yang dipegang oleh Imam Syafi’i dan Abu Tsaur. Yang mana mereka mengutarakan bahwa salat Id boleh dilakukan seperti biasanya, yaitu dua rakaat beserta takbir dengan suara jahr (keras atau lantang). Ia boleh memilih untuk shalat berjamaah atau sendirian.
فَإِنْ فَاتَتْهُ صَلَاةُ الْعِيدِ مَعَ الْإِمَامِ صَلَّاهَا وَحْدَهُ وَكَانَتْ أَدَاءً مَا لَمْ تَزُلْ الشَّمْسُ يَوْمَ الْعِيدِ
Jika kehilangan shalat id bersama imam maka bisa diganti dengan shalat sendiri selama belum tergelincir matahari di hari id. (Al-Majmu’/An-Nawawi: 676 H)
ومن فاتته وأحب قضاءها استحب له ذلك، فيصليها على صفتها من دون خطبة بعدها، وبهذا قال الإمام مالك والشافعي وأحمد والنخعي وغيرهم من أهل العلم
Bagi yg tidak melaksanakan dan dia mau mengqadhanya, maka itu sunnah baginya. Maka, shalatlah seperti tatacara shalat Id, tanpa khutbah setelahnya. Inilah pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, An Nakha’i, dan ulama lainnya. (al-Lajnah ad Daimah)
?♀️ Shalat id bisa dilaksanakan sendirian atau juga berjamaah.
Sebagaimana Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah mengatakan:
وهو مخير، إن شاء صلاها وحده، وإن شاء صلاها جماعة. قِيلَ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ : أَيْنَ يُصَلِّي؟ قَالَ : إنْ شَاءَ مَضَى إلَى الْمُصَلَّى، وَإِنْ شَاءَ حَيْثُ شَاءَ.
Dia boleh memilih, jika mau dia bisa shalat sendiri, jika mau dia bisa shalat berjamaah. Abu Abdillah (Imam Ahmad) ditanya, di mana shalatnya? Beliau menjawab: “Jika dia mau di mushalla (lapangan), kalau dia mau di mana saja.” *(al-Mughni/Ibnu Qudamah: 629 H)
أن من فاتته صلاة العيد مع الإمام، يندب له أن يقيم صلاة العيد، وهل يقيمها فذا أو جماعة؟ قولان، ومقتضى كلام الذخيرة أن الأول هو الراجح، وعلى إقامتها جماعة فلا يخطبون
Bagi yang tidak melaksanakan bersama imam, disunnahkan untuk melaksanakan sholat id. Apakah dikerjakan dengan sendiri atau berjamaah? Ada dua pendapat. Dan pendapat pertama yang paling kuat. Sementara imam Banani memilih untuk shalat sendirian
قال بناني: إن الراجح صلاة من فاتته لها فذا لا جماعة
Al-Banani berkata bahwa yang rajih bagi yang tidak melaksanakan sholat dengan imam adalah dengan sholat sendiri dan tidak berjamaah. (Syarh Mukhtashor Kholil/Muhammad Al-majlisi Syanqithi: 1302 H)
? Tetap mendapat pahala sholat id berjamaah bersama Imam di masjid
ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: «ﺇِﺫَا ﻣَﺮِﺽَ اﻟﻌَﺒْﺪُ، ﺃَﻭْ ﺳَﺎﻓَﺮَ، ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ ﻣِﺜْﻞُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﻣﻘﻴﻤﺎ ﺻَﺤِﻴﺤًﺎ
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika seseorang sakit atau bepergian maka dia dicatat seperti pahala orang yang melakukan amal ibadah dalam keadaan berdomisili dan sehat” (HR Bukhari)
Penjelasan para ulama’ :
ﻭَﻗَﺎﻝَ اﻟﺴُّﺒْﻜِﻲُّ اﻟْﻜَﺒِﻴﺮُ ﻓِﻲ اﻟْﺤَﻠَﺒِﻴَّﺎﺕِ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻋَﺎﺩَﺗُﻪُ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲَ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔً ﻓَﺘَﻌَﺬَّﺭَ ﻓَﺎﻧْﻔَﺮَﺩَ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ ﺛَﻮَاﺏُ اﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ
As-Subki senior berkata dalam Al-Halabiyat: “Seseorang yang kebiasaan shalat berjamaah kemudian kesulitan melakukan jamaah -ia pun shalat sendirian- maka tetap dicatat pahala berjamaah” (Fathul Bari 6/137)
Demikian pula dikuatkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani:
ﻭَﺃَﻳْﻀًﺎ ﻓَﻔَﻀْﻞُ اﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﺣَﺎﺻِﻞٌ ﻟِﻠْﻤَﻌْﺬُﻭﺭِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﻴَﺄْﺗِﻲ ﻓِﻲ ﻫَﺬَا اﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻣِﻦْ ﺣَﺪِﻳﺚِ ﺃَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻣَﺮْﻓُﻮﻋًﺎ ﺇِﺫَا ﻣَﺮِﺽَ اﻟْﻌَﺒْﺪُ ﺃَﻭْ ﺳَﺎﻓَﺮَ ﻛُﺘِﺐَ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﺻَﺤِﻴﺤًﺎ ﻣﻘﻴﻤﺎ
Keutamaan pahala jamaah tetap diperoleh bagi orang yang mendapat uzur, berdasarkan hadis yang terdapat dalam riwayat Al Bukhari di atas (Fathul Bari 2/136)
Insya Allah kita tetap mendapatkan pahala seperti kebiasaan yang kita lakukan. Dan terakhir kita selalu berdoa agar Allah segera mengangkat wabah ini dengan kekuasaan dan hikmahNya. Amin ya Rabb