قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak. saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At Taubah, 24)
Pesan Islam sudah lebih 14 abad menggelinding dan menyebar ke seluruh penjuru dunia, melewati batas teritorial negara, kulit, identitas, kelas sosial, gender, keluarga. Tua-muda, kota-kampung, cendekiawan-kaum apa adanya, raja-rakyat, kaum berdasi-kaum sarungan. Komplit, segala jenis ada.
Bahkan, nilai-nilai khas Islam menyatu dalam bahasa, adat istiadat, landscap suatu wilayah dengan sebuta ” Kauman”. Kota-kota memiliki pusat keramaian dengan ciri santrinya, alun-alun dengan Masjid-nya. Ditempat inilah pesta rakyat, menyatu dengan Musabaqah Tilawatul Qur’an, tabligh akbar, juga pertunjukan wayang kulitnya. Begitulah, Islam memgidentitaskan nilanya menyatu dengan warga. Memang belum sempurna seluruh nilai Islam didakwahkan dan didapatkan masyarakat dalam area dan momen yang ada. Kita berusaha untuk menjadi lebih baik, tugas utama juru dakwah dan warga.
Bagi dai, itulah kelas-kelas pembelajaran warga. Pemahaman yang perlu dimengerti dalam gerakan dakwah, selain kelas pengajian dan studi yang serius di kelas dan pondok pesantren. Memang ada saatnya warga belajar dengan pendekatan yang tidak ketat, biar mereka terbiasa memilih dan membandingkan. Biar akal mereka juga berfungsi, tidak terkesan kaku dan doktriner. Agar semua personel bisa mengail peran, mendiskusikan, mungkin juga menolak dan mengajak debat. Biasa saja, karena dialog akan mengantarkan pada pilihan yang kuat dan bisa membahagiakan, membuka cakrawala apa benar dan apa salah.
Ayat diatas menginspirasi kita, para juru dakwah. Alangkah luasnya cakrawala yang harus kita siapkan menghadapi komunitas manusia. Perlu keterampilan yang mumpuni, pemahaman dan pendalaman masalah masing-masing. Pertanyaan yang sama, tapi beda komunitas yang bertanya, akan menghasilkan jawaban yang berbeda. Rasulullah mencontohkan, bagaimana beliau menjawab pertanyaan anak muda yang ingin berzian. Kata beliau, “Bagaimana seandainya wanita yang engkau zinahi adalah ibumu”. Jawaban yang canggih, jami’ mani’ kata kawan yang sangat nyantri.
Coba kita telisik kelompok itu dan kita berikan komentar sederhana :
1) komunitas bapak-bapak didekati dengan membuatkan majlis taklim, waktunya disaat senggang dari pekeejaan. Sebagiannya belajar saat sudah pensiun. Mereka belajar biasanya karena sudah sadar, lebih seneng yang praktis praktis, tidak perlu mendalam dan teoritis. Maklum sebagian daya pikirnya sudah mulai berkurang karena umur. Ditekankan untuk selalu dekat dengan al-Quran (malah ada yang kecanduan belajar Iqra’ seperti cucunya), tema persiapan hidup setelah mati, tobat dan kiat membersihkan hati.
2) Kelompok anak-anak, calon generasi penerus, amat tergantung siapa orang tuanya, kasih conto yang baik atau yang buru. Rasul menyebutkan, “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, ortunyalah yang bisa menyebabkan ia menjadi yahudi atau nasrani”. Naudzubilah, semoga dijauhkan. Perlu kesabaran tingkat tinggi, mereka belum mengerti saat serius dan bercanda. Dunia anak anak, berbeda dengan dunia orang tua. Pendekatanya pwelu 1001 cara, tak boleh monoton. Juru dakwah harus bisa mengambil hati, dan menempatkan diri layaknya orang tuanya.
3) Kelompok saudara-saudara, yang memiliki hubungan darah dengan sang dai. Berat ini, sampai saat Rasul diawal dakwah diminta untuk mendakwahi keluarganya terlebih dahulu. Suka dituduh “menggurui dan sok tau”. Perlu kepercayaan, tidak harus dengan kata-kata. Tunjukkan sikap mulia, dakwah bil hal, saat memulai. Jika sang dai masih mulia, posisikan diri layaknya anak yang ingin bercerita tentang pengalaman dikelasnya. Jika sang dai sudah tua, posisikan seperti seorang ayah-ibu yang ingin berbagi kasih kepada anaknya. Tak perlu merasa hebat, karena وفوق ذى علم عليم, diatas ilmu ada yang lebih berilmu.
4) Kelompok istri-istri, Majlis Taklim ibu-ibu lebih semarak dalam kehidupan kita. Mereka menjadi kelas sosial yang sangat kuat mempengaruhi keluarga dan masyarakat. Suaranya keras, walaupun dengan sentuhan kelembutan. Laki-laki banyak yang tak berkutik saat para wanita sudah bersuara dirumah, “Ayah harus sholat ke Masjid”, atau harapan yang lainya. Menolak permintaan istri, bisa berbuntut panjang. Karena istri punya rahasia, saat sang suami pergi melaksanakan sholat jamaah ke Masjid, sang istri akan kebagian.
Maka juru dakwah harus memberikan perhatian yang serius terhadap keberadaan mereka.
5) Komunitas kaum keluarga kalian, diulang-ulang dalam banyak ayat tentang keluarga dalam banyak ayat. “Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari jilatan neraka”, begitulah wahyu memberikna perhatian. Kata orang Jawa, “Surgo nunut, neroko katut”. Keluarga pada umumnya akan mengikuti jejak pemimpin keluarga dalam berbagai hal. Hubungan kekeluargaan harus dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas keimanan kepada Allah.
6) Kelompok yang memiliki harta kekayaan. Komunitas “the have”. Mereka perlu sentuhan, agar kekayaan mereka memiliki manfaat untuk akhiratnya. Sebenarnya kelompok ini, dengan kemapanan finansialnya juga masih teras gersang saat memahami kehidupanya. Mereka cenderung slebor dalam mendayagunakan hartanya. Perly dai yang juga memiliki level finansial yang mapan, kalau tidak perlu dai yang memiliki kafaah ilmu sehingga bisa menundukkan hatinya. Perlu tazkiyatu nufus, dan membangun kesadaran bahwa hartanya harus bernilai manfaat untuk dirinya di akhirat.
7) Kelompok pedagang (perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya). Komunitas yamg seringkali memandang untung-rugi terhadap apa yang dikenalkan pada dirinya. Maklum, pikiranya sudah lama berkecimpung dalam dunia dagang, dunia untung. Harus jelas, maka bahyak ayat yang juga menyinggung soal fenomena ini.
“Dan di antara manusia ada orang yang membeli (mengorbankan) dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (QS. Al-Baqarah: 207)
Kelompok kelas sosial, atau mungkin komunitas dengan identitas komplek perumahan (rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai). Ini ciri masyarakat kita, ada yang basis warga tinggal dikomplek dengan berbagai fasilitas pendukungnya, ada pula masyarakat yang mereka lebih mandiri. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Wilayah kota dan daerah penyangga selalu dikelilingi oleh masyarakat dengan identitas kelompok perumahan. Unik dan menantang untul dilakukan pembinaan. Mereka kelompo mapan dengan kelas yang berbeda
Nah, kelompok-kelompok tadi, dengan karakteristik yang plural tadi tentunya perlu penanganan yang berbeda-beda. Uslub, metoda, medianya juga berbeda. Yang sama adalah nilainya, yaitu tentang “membangun budaya bahwa Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, adalah puncak kecintaan seorang hamba”. Tafsir Ibn Katsir menukil hadist shohih berikut sebagai penutup penjelasan ayat diatas,
“وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ”
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaanNya, tidaklah beriman seseorang di antara kalian sebelum diriku ini lebih dicintai olehnya daripada orang tuanya, anak-anaknya, dan semua orang.
Fenomen kelompo masyarakat ini, tentu masih bisa ditambahkan sebagai bahan obyek kajian. Semakin spesifik seorang juru dakwah menangani, semoga akan semakin terampil secara praktik dan juga akan melahirkan ilmu-ilmu baru. Tak percaya? Silahkan mencoba. Tak ada yang menyalahkan saat mencoba. Karena kualitas dan keterampilan seorang justru dipengaruhi oleh uji cobanya.