وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِين
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Tafsir Quran Surat Al-Anfal Ayat 46
Kiyai Syuhada Bahri permanh membrikan kuliah umum kepada calon calon dai yang baru lulu, “Kampus tempat antum belajar ibarat buku kecil, sedangkan masyarakat tempat antum mengabdi ibarat buku besar”. Memang, setiap kita akan menyadari pernyataan ini, saat dikampus walaupun boleh berbeda pandangan, mendiskusikan dan mendebat, tapi kultur nya berbeda dengan saat dimasyarakat, cepat memahaminya katena budaya dan sandaran ilmu yang sama.
Dimasyarakat, tentu sangat berbeda. Perlu klasifikasi perbedaan untuk memudahkan jalannya dialog dan interaksi. Masyarakat cenderung memiliki perbedaan yang tidak mudah untuk didialogkan. Bahakn semakin didialogkan, semakin bertambah benturannya. Unik dan lucu, itulah ciri masyarakat majemuk. Bagi juru dakwah, kemajukan peebedaan tersebut, ternyata dapat pula dijadikan dasar penelitian dan jalan untuk memecahkan persoalan.
Melihat kenyataan masyarakat yang demikian berbeda beda, maka diperlukan dai dai yang memiliki kelapangan dada yang luas. Karena dai ibarat orang tua yang harus siap mengelola keluarganya. Pastilah dalam rumah tangga tersebut berbeda beda karakter, maka berbeda pula menanganinya. Jadi bisa juga, sejatinya masyarakat terkecil dengan dinamikanya dijadikan sebagai gambaran sesunggunya masyarakat tersebut.
Saat dai tidak lapang dada, menyelesaikan problem masyarakat dengan emosi, grusa grusu, main vonis, main mengucilan, maka masyarakat menjadi semakin jauh dari nasehat. Kalo mereka kemudian keluar, lalu siapa lagi yang akan membrikan nasehat dan tempat kembalinya. Dilapangan boleh berebeda, tapi jangan dirusak komunikasinya, ya komunikasi dalam skala kecil sekalipun.
Dalam penjelasannya terhadap ayat diatsas Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah menyebutkan, “Sesungguhnya perpecahan akan melemahkan ummat yang telah kuat, dan akan mematikan ummat yang telah melemah { وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ } “dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu”.
Sepanjang masyarakat itu telah kelihatan imannya (at Taubah, 11) maka sejatinya mereka adalah saudara kalian, pantang untuk dimusuhi. Mereka berhak atas salam kita, doa, pertolongan dan hal hal khoir dari saudara se-Islamnya.
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. (At Taubah 11)
Berbeda pandangan adalah hal biasa, tapi bermusuhan dengan sesama seiman harus dijauhkan. Para dai memerlukan sifat lapang dada untuk mengantisipasi perbedaan yang muncul ditengah tengah masyarakat. Sepanjang kita ini masih manusia, dan ketemu sesama manusia, apalagi ketemu dengan manusia yang memiliki iman, pastilah dialog akan menjadi jalan hubungan itu terlaksana. Karena perbedaan adalah sunatullah.
Jika perbedaan masih sulit untuk ditemukan jalan keluarnya, carilah persamaan persamaan dimasyarakat, karena yang sama pastilah masih jauh lebih banyak dibandingkan yang berbeda. Jangan menyentuh yang masih diperselisihkan, “berpiraulah” menghindari arus yang deras. Arus yang deras, perbedaan yang tajam sejatinya tak pernah lama bertengger dalam diskusi, karena rasa empati adalah hal dasar yang sama sama ingin di masyarakatkan.
Lapang dadalah! Biar udara bisa masuk ke dalam rongga rongga dada, sehingga napas akan lebih teratur, sehingga memudahkan berfikir dan memahami persoalan. Sambil berdoa dan merenungkan pesan Allah swt,
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي* وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي* وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي * يَفْقَهُوا قَوْلِي
Semoga dada kita seluas bumi dimana kita berdakwah dan berpijak!