Oleh Ustadz Gufron Azis Fuadi
Ketika kita senang, otak kita memproduksi hormon dopamine. Dengan diproduksinya dopamin ini membuat otak menganggap waktu yang lewat lebih sedikit dari yang seharusnya. Otak kita akan menganggap waktu yang berlalu lebih cepat dibandingkan waktu yang sebenarnya.
Sebaliknya, saat kita sedih, bosan atau sedang mengalami duka dan derita perjalanan waktu terasa lebih lambat dari waktu yang sebenarnya. Ini karena sel-sel otak kita akan melepaskan lebih sedikit dopamin yang menyebabkan waktu terasa bergerak secara lambat.
Dua kondisi itulah yang membuat baik bersyukur maupun bersabar itu sulit dan berat. Lamanya suatu kenikmatan atau kesenangan terasa hanya sebentar, sehingga banyak yang merasa biasa saja tidak perlu disyukuri. Sementara penderitaan yang sebentar terasa lama sehingga berat untuk bersabar. Karena itu orang muslim yang pandai bersyukur dan bersabar oleh nabi disebut sebagai sosok yang ajaib, menakjubkan!.
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapat kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapat kesulitan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya”.
(HR.Muslim, no.2999)
Adalah nabi Ayub As yang sering menjadi contoh tentang kesabaran, sebenarnya juga tentang bersyukur. Beliau mendapat ujian sakit dan jatuh miskin selama 18 tahun. Sebagai nabi tentunya doa mudah dikabulkan Allah agar penyakitnya segera disembuhkan. Tetapi nabi Ayub merasa maku untuk memohon kepada Allah untuk kesembuhannya mengingat waktu sehat dan kaya (hidup berkecukupan) nya waktunya lebih lama dibanding waktu sehatnya. Menurut suatu riwayat, nabi Ayub As meninggal umur 97 tahu.
Sehingga bila beliau memohon kepada Allah seolah olah tidak mensyukuri nikmat sehatnya yang lebih panjang dan tidak bersabar atas ujian yang waktunya lebih pendek/sebentar.
Cobaan hidup itu mungkin seperti chief dan masakannya, dalam satu panci masakan hanya sedikit yang dicobain.
Aih…, kok jadi ngelantur padahal awalnya hanya ingin mencari literatur tentang mengapa setelah 34 tahun, hari ini saya merasa (6-1-91) itu seperti belum lama. Saya masih ingat detil nya ketika murabi (Ade Khalifah) mengajak saya untuk berta’aruf.
Ah, pasti karena saya, selama 34 tahun ini merasa bahagia dan banyak keberkahan dengan pernikahan kami. Dia bukan pilihan saya. Tapi pilihan Allah untuk saya! Allah tahu apa yang terbaik untuk saya. Apapun takdir Allah, itu yang terbaik. wǒ xǐhuān!
我爱你 wǒ ài nǐ…
Wallahua’lam bi shawab
(Gaf)