وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah Ayat 207)
Dari pulau Banyak di Aceh sampai Kepulauan Aru di kawasan dekat pantai Australia, dan pulau pulau yg laiinya, para dai telah sampai dan memulai tugasnya. Group WA kami terus berdering menerima kiriman foto, tulisan, voic dan cuplikan film pendek. Dan yang paling menyedihkan, saat mereka mengirimkan foto sedang bercengkrama dengan tokoh desa sambil menikmatu durian dan makanan khas daerah. Maklum, di banyak kawasan, sedang musim buah. Baraokah maidah minasama’, berkah dari langit seperti kata Bunda Maryam.
Sulit membayangkan, bagaimana anak anak muda ini sampai dikawasan tersebut sementara kawan seusianya berada dalam kemudahan sinyal dan tren dunia yang selalu berubah. Juga karena kondisi ekonomi yang lagi sulit, demikian juga musibah wabah. Ya itulah anak anak muda, selalu ingin menuntaskan dan menyempurnakan tugas serta idealismenya terhadap agama. “Terbayang dimataku, wajah wajah mereka yang optimis. Semoga diberikan kemudahan dan kemanfaatan”, itulah balasanku saat mereka mengirim berita.
Saat jelang berangkat, ada beberapa anak muda yang kami tawari untuk menembus daerah yang belum pernah kami jelajahi, jawabannya hanya satu, “Alhamdulillah, itu yang Ku mau ya ustadz?”. Terkesan aneh bagi yang tak biasa berinteraksi dengan dunia dakwah. Bagi mereka, sejauh apapun, sepedalaman apapun, sesepi apapun dengan listrik dan sinyal, toh masih NKRi. Dunia ini sempit ternyata.
Sentuhan ayat ayat alQuran selama interaksi dibangku kuliah rupanya telah membekas, dan membangun idealisme tersendiri. Ditambah cerita dan kesuksesan tugas dakwah yang diberitakan dari kakak kuliahnya, dan sedikit sentuhan dari kami. Gelora idealisme seorang dai memang sudah fitrah basyariah. Ayat diatas, juga mengisahkan keberanian anak muda itu mengambil tanggung jawab dakwah.
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur’an Universitas Islam Madinah memberikan uraian tentang pemuda yang tersebut “يَشْرِى (orang yang menukar) Yakni orang yang menjual dirinya dalam amalan yang mengundang keridhaan Allah seperti, berjihad, memerintahkan orang lain untuk berbuat baik, dan melarang mereka berbuat kemungkaran. Dari Shuhaib dia berkata: ketika aku akan berhijrah dari Makkah menuju Rasulullah orang-orang Quraisy berkata kepadaku:
Wahai Shuhaib, kamu datang ke kota kami tanpa harta apapun, kemudian akan meninggalkan kota ini dengan harta? Demi Allah itu tidak akan terjadi !. maka aku berkata kepada mereka: bagaimana pendapat kalian jika aku menyerahkan hartaku apakah kalian akan membiarkanku pergi? Mereka menjawab: Iya. (Shuhaib berkata) maka aku menyerahkan hartaku kepada mereka, mereka pun membiarkanku pergi, aku pun keluar dari Makkah hingga akhirnya aku sampai ke Madinah. Lalu cerita ini sampai kepada Rasulullah kemudian berkata: “telah untung perniagaan Shuhaib ! telah untung perniagaan Shuhaib “
Semoga para dai yang sedang mengambil bagian ini, seluruhnya, adalah manusia manusia pilihan Allah. Seperti kata Natsir merespon puisi Hamka kawan seperjuanganya, “Masukkan aku dalam catatanmu!”. Mudahkanlan kami mengemban amanah dakwah ini, semampu kami.