فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُون
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. Al-Baqarah, 10)
Virus adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan memiliki molekul asam nukleat, DNA atau RNA yang terbungkus dalam lapisan pelindung protein (kapsid). Jaringan tersebut diketahui dapat membawa informasi genetik dan mengadakan replikasi sehingga menular. Setelah virus memasuki sel atau jaringan tubuh makhluk hidup, proses pergerakannya akan mengganggu metabolisme atau bahkan merusak sel atau jaringan sehingga menyebabkan suatu penyakit.
Virus yang paling terkenal hari-hari ini adalah Virus corona, ditemukan Ilmuwan Muslim Asal Mesir Ali Mohamed Zaki. Ali adalah seorang ahli virus dari Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Shams, Mesir. Lahir 1 Desember 1953.
Jauh abad, juga telah dideteksi dan diobatai oleh para dokter masyarakat (da’i) suatu virus yang jauh lebih dahsyad merusaknya. Ia merusak daya Iman, komponen imunitas dalam struktur manusia. Ingat, manusia terdiri dari jiwa (hati), pikiran dan jasad. Nah, virus ini merusak komponen utama manusia, akal dan hati.
Bagaimana virus ini merusak? Pertama, virus ini merusak fikiraan dengan cara menghilangkan sendi-sendi keyakinan. Pokoknya, segala yang tidak bisa dilihat oleh pancaindera dianggap tidak ada. Nilai, moral bahkan agama dan ajaranya dianggap tidak ada. Tuhan yang diajarkan agama juga dinafikan. Manusia dijadikan sumber, sebab adanya sesuatu. Syariat Islam dianggap mengada-ada, agama hanya dianggap sebagai usaha orang untuk menenangkan dirinya saat harta tidak bisa diraih. Contohnya muncul kata “ikhlas” saja deh.
Akibat lebih luas adalah penolakan syariat agama dalam kehidupan, munculnya kebebasan bertingkah-laku, memimpin, berkuasa, mengelola alam. Bahkan, manusia yang terjangkit virus ini memiiki perangai buruk, mudah menghina, bicara kotor, tidak menghormati orang lain termasuk ulama dan tokoh agama. Mengapa? Karena mereka menafikan semuanya. Tak mempercayai Allah dengan hari akhirnya. Maka, banyak ayat dan hadist yang mengajarkan kepada kita untuk mengingat hari akhir, karena dengan begitu orang akan berhati-hati dan meyakini kebenaran agama. Masalahnya! Virus ini menafikan agama dan ajaranya, paling tidak mereka membuat korbannya menjadi ragu-ragu (skeptis).
Kedua, pada saat yang lain, jika virus ini tidak bisa merusak dengan cara menebarkan keraguan dan menafikan agama, maka mereka mulai bekerja dengan cara menebarkan virus “serba benar”. Maksudnya, semua yang ada ini benar, karena telah diciptakan dan semua yang telah diciptakan untuk manusia. Tidak adalagi yang salah. semua agama itu benar karena semuanya mengajarkan tentang kebenaran. Pluralisme agama, semua agama benar. Padahal kebenaran ada, karena adanya konsep salah. Dan jika konsekwen dengan konsep benar semua, kita tidak perlu repot-repot bikin pengadilan dan penjara, bahkan membuat tanda marka jalan untuk mengatur lalu lintas. Pun tak perlu ada polisi, satpam, KUHP dan sekolah. Padahal sekolah dibuat agar warga semakin mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Hayooo? yang salah siapa nih.
Orang mabuk tak masalah, yang penting tidak bikin onar, toh akan menggerakkan ekonomi dan bisa menambah devisa. Muncullah kaum pragmatis. Zina menjadi perilaku yang legal secara hukum, karena dianggap sebagai kegiatan ekonomi. Untuk itu dikenalkan istilahnya menjadi Sek-komersil. Kawin yang biasanya disematkan untuk hewan, menjadi memiliki makna yang sama dengan Nikah. Virus yang mengacaukan konsep agama sebagai panduan hidup.
Virus ini, setelah berinterakasi dengan yang pertama (menolak kebenaran) dan kedua (membenarkan semua) lalu bermetamorfosis menjadi virus yang mencampurkan salah dan benar dalam satu rumah. Kosep yang rusak-rusakan, salah dan benar tidak lagi dapat di diteksi “talbisul haq bil baathil”. Ciri manusia post-modernisme, intinya juga sama menolak agama.
Virus-virus ini sekarang telah bekerja dengan efektif dan semakin kuat, karena telah berkolaborasi dengan berbagai kepentingan, salah satunya dengan kekuasaan. Kebijakan kekuasaan menjadi tidak lagi ramah kepada aspek Agama, tapi juga tidak tanggap terhadap musuh agama, juga musuh dan sampah masyarakat.
Satu saat bicara tentang keuntungan Wakaf, saat yang lain melegalkan minuman keras.
Konsep virus ini sederhana “wani piro”, yang penting ada share keuntungannya. Agama sekedar simbul identitas administrasi. Ia tak sampai membentuk pribadi yang mulia dan peradaban manusia pilihan sang pencipta. Hidup hanya hidup, tanpa makna bagi kehidupan akhirat. Konsep “husnul khatimah” ditolak dan tak pernah diperiapkan, padahal kematian pasti datang. Padahal tidak ada salahnya, jika akhirat dipersiapkan dengan mengikuti anjuran agama, toh tidak akan merugikan.
Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 10. firmanNya, “dalam hati mereka ada penyakit”. Yang dimaksud dengan penyakit disini adalah penyakit keraguan, syubhat, dan kemunafikan. Hal itu dikarenakan hati itu dihadapkan oleh dua penyakit yang menyebabkannya jauh dari kesehatannya dan kenormalannya, yaitu penyakit syubhat yang batil dan penyakit syahwat yang menjerumuskan. Kekufuran, kemunafikan, keragu-raguan, dan semua bid’ah-bid’ah itu adalah penyakit-penyakit syubhat, sedangkan perzinaan, suka akan kekejian dan menyukai kemaksiatan serta melakukannya, adalah di antara penyakit-penyakit syahwat. Sebagaimana firman Allah ta’ala : ” sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya” (QS. Al-Ahzab : 32) Yakni syahwat zina. Dan orang yang selamat adalah orang yang diselamatkan dari kedua penyakit tersebut, hingga terwujudlah baginya keyakinan, keimanan, dan kesabaran dari setiap kemaksiatan lalu dia berjalan dalam pakaian-pakaian keselamatan. Dan firmanNYa tentang kaum munafikin, “dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakitnya, ” adalah sebuah penjelasan tentang hikmah Allah ta’ala terhadap penentuan kemaksiatan atas pelaku-pelakunya dan bahwasanya hal itu disebabkan dosa-dosa mereka yang terdahulu. Allah menguji mereka dengan kemaksiatan yang terjadi kemudian yang mengakibatkan hukuman. Sebagaimana firman Allah ta’ala : “Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat” (QS. Al-‘An’am : 110) “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka” (QS. As-Shof :5) “Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah : 125) Maka hukuman bagi kemaksiatan adalah kemaksiatan setelahnya, sebagaimana balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya. Allah berfirman : “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk” (QS. Maryam : 76)
Beginilah kerja dakwah harus dihidupan, menyembuhkan masyarakat dari virus yang tidak disediakan anggaran dan obatnya dilaboratorium. Al-Quran dan sunnah menjadi pengobatan alternatif dengan sentuhan tazkiyah nafsi dan tazkiyatu fikri. Jiwa harus dikuatkan dengan sentuhan Rabbani dan Fikiran harus “direkonstruksi” melalui bedah epistimologi Islami. Mana yang haq dan mana yang bathil haru didudukkan ditempat yang jelas, agar umat mudah memahami.
Apakah dakwah semakin berat dengan berkembangnya virus ini? Rasanya tidak, karena virus ini telah diantisipasi dalam ayat-ayat suci. Menginspirasi banyak genarasi dakwah. Semoga Kita manjadi bagian dalam pertempuran ini sampai mati!
Diselesaikan di PondokRanggon, Senin 1 Maret 2021
Oleh Ust Dr. Misnahul Anam Kabid Dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Oleh Ust Dr. Misnahul Anam Kabid Dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia