DDNews – Warga Palestina, yang menghadapi penjajahan Israel dan perang di Gaza, bereaksi atas terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dalam pemilihan Selasa, (5/11/2024), dengan kekhawatiran dan ketakutan. Sementara itu pimpinan kelompok Hamas dan otoritas Palestina mendesak Trump untuk belajar dari kesalahan pemerintahan AS sebelumnya dan mengambil langkah ke arah perdamaian.
Di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, Abu Osama, yang telah mengungsi akibat pemboman Israel yang tak henti-hentinya, menyebut kemenangan pemilihan Trump sebagai “bencana baru dalam sejarah rakyat Palestina”.
Lebih dari 43.300 warga Palestina telah tewas dalam perang lebih dari setahun di Gaza, kata otoritas kesehatan di daerah kantong itu. Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, termasuk rumah sakit dan sekolah, sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2024.
Sejauh ini upaya perundingan gencatan senjata antara Hamas dengan Israel yang dimediasi AS dan mediator dari Qatar dan Mesir telah gagal. Hamas menginginkan dihentikannya perang dengan pembebasan sandera Israel dan asing di Gaza, serta warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Terkait terpilihnya Trump, Hamas mengatakan pemilihan AS adalah masalah rakyat Amerika tetapi menyerukan diakhirinya “dukungan buta” untuk Israel dari Washington.
“Kami mendesak Trump untuk belajar dari kesalahan Biden,” kata pejabat Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters. Abu Zuhri mengatakan Trump akan diuji atas pernyataannya bahwa ia dapat menghentikan perang dalam beberapa jam setelah menjabat sebagai presiden AS.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah memberi Israel dukungan diplomatik dan bantuan militer bahkan ketika Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengerjakan proposal gencatan senjata. Kebijakan masa depan Trump belum jelas meskipun ia mendukung Israel dalam masa jabatan sebelumnya sebagai presiden.
Di Tepi Barat yang diduduki Israel, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, pesaing Hamas, mengucapkan selamat kepada Trump atas terpilihnya dia sebagai presiden AS. Dia mengatakan akan bekerja sama dengan pemerintahan baru untuk mencapai perdamaian regional.
“Kami akan tetap teguh dalam komitmen kami untuk perdamaian, dan kami yakin bahwa Amerika Serikat akan mendukung, di bawah kepemimpinan Anda, aspirasi sah rakyat Palestina,” kata Abbas dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters.
Beberapa warga Palestina mengatakan mereka tidak melihat banyak perbedaan antara Trump dan saingannya Wakil Presiden Kamala Harris, tetapi pengakuan Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel selama masa jabatan pertamanya menunjukkan bahwa dia lebih bias terhadap Israel.
“Kami, sebagai orang Arab dan Palestina, tidak akan cukup naif. Kami harus memperlakukannya sebagai musuh. Kami harus menentukan siapa musuhnya. Mereka adalah musuh,” kata Khaled Dasouso, pemilik toko kelontong di Khan Younis.
Sementara itu, beberapa orang masih berharap.
“Saya pikir Trump jika dia menang, apa yang dia lakukan, dia berjanji kepada orang-orang Muslim di Amerika untuk menghentikan perang di Gaza. “Kami berharap itu terjadi,” kata insinyur Gaza, Mohammed Barghouthi.