“Wah cair ya bro” ledek seorang wartawan kepada Mas Em seorang aktivis LSM. “Wah ketemu Brotowali Mas Jon” balas Mas Em. Itulah sekilas obrolan antara dua orang aktivis media dan LSM di Gedung DPRD.
Ya ada istilah Anggota Dewan Brotowali, istilah ini dialamatkan kepada anggota DPRD yang senang bercerita, menegur dan bertutur sapa denga para wartawan, aktivis LSM dan tokoh masyaraka, namun tidak atau sangat jarang berbagi. Ya istilah ini menyebar dikalangan wartawan dan LSM yg sering beraktivitas diseputaran gedung DPRD.
“Pagi Pak Ketua” sapa seorang anggota DPRD kepada Ketua DPRD. “Sibuk nih, pagi-pagi sudah banyak tamu”. Lanjutnya. “Ah biasalah wartawan “bodrex” dan jin towel”. Balas Ketua DPRD dengan bergurau.
Ya berkembang istilah “wartawan bodrex” dikalangan anggota DPRD dan para pejabat Pemda. Julukan ini ditujukan kepada para wartawan yg hanya muncul saat tanggal muda dan berharap “sesuatu” dari para anggota DPRD dan Pejabat yg ditemuinya. Sedangkan Jin Towel istilah gurauan yang dialamatkan kepada para aktivis LSM yang juga hobi bertegur sapa dengan pejabat dan anggota DPRD untuk mengharapkan sesuatu yang bersifat materi.
Dalam menyikapi fonomena ini anggota DPRD jadi serba repot. Jika dilayani; telpon, WA, obrolan akan menyita banyak waktu dan juga dana. Jika tidak dilayani akan berakibat buruk, terlebih jika mereka adalah juga konstituen, maka akan mengecewakan para konstituen dan akhirnya akan menjadi kampanye negatif terhadap para anggota DPRD. Hal ini sudah banyak terbukti gagalnya petahana untuk kembali terlpilih pada pemilu selanjutnya.
Maka menurut Bapak A mantan Anggota DPRD tiga periode, menyikapi fonomena tersebut adalah dengan sikap Niat mencari kawan-saudara-dan pahala. Makanya no HP tak pernah ganti dan hanya satu. Setiap yang bertemu pasti didengarkan dengan baik, dan dikasih “amlpop”, untuk yang benar-benar konstituen tentu tak segan-segan untuk membantu: yang kontrakan habis, istrinya operasi, atau ada keluarganya meninggal, atau hajatan diupayakan untuk datang dan jika tidak maka titip “amplop” saja. Dan saat ini saat tidak menjabat maka dampaknya masih banyak orang yang ingat. Bahkan ketika ke daerah dan mobil pecah ban ternyata tukang tambal ban tersebut masih ingat, dan itulah nikmatnya. Prinsipnya dalam uang atau apapun yg diterima sehubungan dengan jabatan sebagai anggota DPRD adalah ada peran-ada jasa dari banyak pihak; partai, keluarga, konstituen, wartawan, LSM, Ulama dan lain-lain. Maka mengapa kita tak mau berbagi? Begitulah Pak A menjelaskan selaku mantan anggota DPRD tiga periode berturut-turut.