فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ ۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِ ۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ ﴿الأنعام : ۱۲۵﴾
Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-An’am: 125)
Saat Nabi mengirim surat yang bernada dakwah kepada Tsumamah bin Usal, direspon dengan nada marah. Ia adalah seorang kepala suku Hanafiyah di daerah Yamamah. Pada tahun ke 6 Hijrah Tusmamah melaksanakan umrah. Namun nasib kurang mengenakkan terjadi terhadap dirinya. Ia ditangkap diperbatasan oleh penjaga emigrasi kawasan Madinah. Ia dibawa dan diikat disalah satu tiang Masjid Nabawi.
Rasul mendapatkan laporan penangkapan itu dan Beliau menyuruh untuk dihidangkan makanan dan susu. Para sahabat Nabi menunggu keputusan, apa yang akan dilakukan-Nya terhadap Tsumah. Saat Nabi menemuinya, eeeee malah Tsumamah menyatakan ke-Islamannya. Alasannya sederhana, karena ia melihat Rasul justru memuliakannya. Padahal ia pernah melakukan penghinaan saat membaca surat, melalukan pembunuhan kepada sahabat nabi.
Begitulah hidayah itu bekerja. Masuk kedalam qalbu dan menggetarkan seluruh anggota badanya. Allah membukakan hidayah dengan cara yang tak terduga. Awalnya menolak, dan ujungnya menerima. Nabi memang pernah berdoa untuk keIslamannya, sebagaimana para juru dakwah selalu mendoakan masyarakat binaannya.
Proses masuk Islamnya menjadi sebab disyariatkanya mandi saat masuk Islam. Namanya tetap mulia, jika dulu dikenal dengan raja penolak syariat, berikutnya malah menjadi hamba Allah penjaga syariat. Dalam kita Bulughul Maram buah karya Imam Nawawi, beliau mencantumkan kisah yang berkenaan tentang Tsumamah. Hadist itu menjelaskan tentang SOP orang masuk Islam, bagaimana caranya
[وعن أبي هريرة رضي الله عنه: ( في قصة ثمامة بن أثال عندما أسلم وأمره النبي صلى الله عليه وسلم: أن يغتسل ) رواه عبد الرزاق ، وأصله متفق عليه.
Dari Abi Hurairah ra, dalam kisah Tsumamah bin Usal, saat ia masuk Islam, Nabi memerintahkan untuk mandi. (Muttafaq alaihi).
Hidayah memiliki banyak cara untuk menyinari dada manusia. Saat tenang, menderita, dalam tahanan, tekanan, tapi banyak pula hidayah itu datang saat bersenang-senang. Yang jelas, hidayah itu selalu berproses. Tugas dai menyampaikan, Allah-lah yang akan memilih dan menetapkan ke-Islaman seseorang.
Putar dan kayuh terus perjalanan dakwah ini semampunya. Ada yang mudah ditaklukkan dan merasa senang. Seorang bapak 70 tahunan menghampiri juru dakwah sambil berbisik, “Alhamdulillah jika pengajian dihidupkan kembali”. Ungkapan mewakili kata rindu bagaimana jamaah merasakan perlunya suasana nasehat-menasehati, sebagai konsekwensi dari tanggung jawab hidup. Dakwah dirasakan telah bekerja dan memberikan manfaat seluas-luasnya.
Sedangkan bagi kaum pendengki, kedatangan Islam itu laksana orang yang naik keatas, atau kelangit. Kurang udara, dan mulai sesak nafas. Tak mungkin syariat dilaksanakan dalam situasi yang kurang pondisi. Agama sebatas ritual, tanpa makna bagi pengembangan masyarakat Islam, apalagi ikut bertanggung-jawab. Yang jelas, perlu ketekunan mengawal proses menjadi orang penting.