Dr. Adian Husaini menyampaikan pesan penting bahwa Indonesia tidak akan pecah karena perbedaan pendapat atau polemik pemikiran. Sebagai contoh, beliau menyinggung kisah perdebatan besar antara Ir. Soekarno dan Mohammad Natsir — dua tokoh bangsa yang berdiri di kutub pemikiran berbeda, namun tetap menjunjung tinggi adab dan persaudaraan.
Perdebatan mereka di ruang publik memang tajam—tentang ideologi, arah bangsa, dan dasar negara. Kata-kata yang dilontarkan seperti api yang membakar, tetapi api itu untuk menerangi, bukan untuk menghanguskan. Di balik hiruk pikuk perbedaan tersebut, tersimpan keindahan jiwa besar yang layak diteladani.
Ketika Soekarno dipenjara di Sukamiskin, siapa yang pertama datang menjenguknya? Bukan keluarga, bukan pengikutnya, melainkan justru lawan polemiknya sendiri—Mohammad Natsir. Ia datang bukan membawa doktrin, melainkan membawa kasih sesama anak bangsa. Ia paham bahwa di balik segala perbedaan, ada tali kemanusiaan yang lebih kuat dari urat ideologi.
Dari kisah ini, kita belajar bahwa berpolemik boleh, berbeda pendapat perlu, tetapi jangan sampai hubungan pribadi dan persaudaraan terganggu. Bangsa ini tidak akan hancur karena perbedaan pandangan, melainkan karena hilangnya adab dalam menyikapi perbedaan itu.
Perdebatan boleh berapi, namun persaudaraan harus tetap abadi.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Adian juga berpesan agar Dewan Da’wah Lampung dan seluruh Dewan Da’wah Indonesia mendukung program-program Presiden Prabowo Subianto dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Gedung Pusiban, 18 Oktober 2025