قُلْ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّا حُمِّلْتُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا۟ ۚ وَمَا عَلَى ٱلرَّسُولِ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ
“Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas” (An-Nur Ayat 54).
Perintah dan larangan Allah sangat jelas, runtun dan berbobot. Masalahnya ada pada kita, terkait bagaimana menyampaikannya, agar masyarakat mau mendengar, mengikuti, melakukan dan seterusnya. Manusia memang punya akal, tapi sangat terbatas. Tak kuasa menembus jiwa orang. Paling hanya berdoa, mengiringa usaha yang sedang dan telah dilakukan.
Dibawah ini ada dialog antara santri dan guru disekolah calon dai ilallah. Lembaga dengan misi sangat mulia, mendidik dai dai muda yang masih fresh, yang berasal dari berbagai daerah di NKRI. Mengapa perlu dibina santri-santri ini?? Biar bisa menjaga umat dan bangsa, sekalian menjaga NKRI sebagai warisan dari pejuang yang dulunya juga santri.
“Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Ana ingin bertanya ustadz sebagai seorang da’i yg pertama kali jika hendak mendakwahkan mad’unya apa yg pertama kita sampaikan…”, pertanyaan mahasiswa saat berlangsung perkuliahan yang amat berat.
Sang guru menjawab beberapa pertayaan diatas dengan menguraikannya berdasar berbagai pengalaman juru dakwah dan tentu juga berdasar bimbingan Allah dalam ayat dan pesan Nabi, pesan untuk para pemula dakwah :
1. yakinkan diri terlebih dahulu, bahwa saya adalh seorang dai. Kesadaran akan memperkuat tujuan dan akan membingkai progam dakwah. Juga akan membawa kesiapan mental terhadap ujian dakwah di lapangan,
2. mulailah dari apa yg diperlukan oleh madu. Ya, jangan memberikan PR yang justru akan membuat masalah baru. Ibarat ijab dan qabul, beri yang diminta, jangan tergoda dengan aksi baru, fokus pada masalah,
3. mulailah dari yg mampu saya lakukan. Kemampuan diri akan menjadi jaminan dan bimbingan jangka panjang.
4. jangan terkesan menggurui apalagi menggap sayalah yang paling. Letakkan masalah pada proporsinya. Posisikan warga sebagai kawan dalam sama sama mewujudkan kebaikan bersama.
5. selalu minta pertolongan kepada Allah. Dai bukan superman, tapi dai adalah manusia biasa, yang dixiptakan lebih duluan bisa melakukan perubahan dibandinglan mad’u,
6. aktvitas dakwah tidk harus mematok atau memastikan bahwa mas.alah lapangan harus selesai saat kita ada, yg paling penting masih ada variabel ke arah perubahan, biarkanlah perubahan walaupun kecil, karena bisa dipupuk dan disemai,
Jika masih ada yang perlu dimasukkan dalam variabel, silahkan! Sehingga dapat memberikan kesempurnaan. Dengan demikian, du’at akan lebih mudah memulai dan merawat dakwah. Ingin mencoba?? Silahkan memulai!