Malas Pakai Masker
Masih sangat banyak orang yg tidak mengenakan masker, terutama saat berada di luar rumah. Dengan beberapa alasan Ada seribu dua alasan di antaranya.
1. Karena Merasa Ngap, sesak, susah bernapas, padahal sesaknya kalau sudah terinfeksi corona bisa lebih parah dari sesaknya memakai masker. Ngapnya kita memakai masker belum seberapa dibanding ngapnya tenaga medis yg harus memakai APD lengkap berjam-jam).
2. Karena. Dekat, cuma ke warung, cuma ke rumah tetangga, cuma ke masjid/mushala dekat rumah. Nanti saja kalau pergi jauh atau berkendaraan. perlu diketahui virus nyebar nggak pilih-pilih tempat, Mau dekat rumah, mau jauh dari rumah, bodo amat. Sudah pernah dengar, satu keluarga kena covid 19 karena tertular tukang kue/tukang sayur langganan?.
3. Karena merasa Di sini masih aman, belum ada yg kena corona. Kita tahuz nggak namanya orang tanpa gejala-OTG? Semua zona merah awalnya juga aman dan banyak yang masa bodoh seperti ini. Tunggu ada tetangga yang kena dulu baru sibuk cari masker?.
4. Karena Yakin aja saya (entah yakin dengan apa, dengan siapa). merasa sehat, dan masker untuk yg tidak sehat.
5. Karena Nggak punya, lupa, dan pas dikasih tetap saja nggak dipakai. Alasannya balik ke nomor 1 sampai 4).
6. Ada yg keluar rumah memakai masker tapi kelakuannya seperti ini:
a. Pakai masker di leher, memangnya droplet keluar dari jakun apa?).
b. Pakai masker dan diturunkan saat ngobrol. justru droplet itu berpotensi besar nyembur saat orang batuk, bersin, atau sekadar sedang bicara. Padahal Memakai masker melindungi lawan bicaramu, juga melindungimu dari lawan bicaramu.
c. Pakai masker tapi sering diturunkan di area publik karena banyak merokok dan makan/minum.
Perlu diketahu covid 19 sudah menyebar di 213 negara. Sudah 2,2 juta orang di seluruh dunia terinfeksi, dan ratusan ribu di antaranya meninggal.
Jumlah orang yang positif hanyalah mereka yg sudah terbukti dari hasil tes/sudah dites, baik karena bergejala maupun memiliki riwayat perjalanan ke zona merah atau kontak/interaksi dengan orang yg positif.
Di luar itu, ada orang2 yang di dalam tubuhnya sudah bersemayam virus corona (carrier) tapi dia tidak tahu, orang lain pun tidak tahu. Dia merasa dan tampak sehat-sehat saja, tanpa gejala apa pun alias OTG.
Mereka ini, mungkin masih berkeliaran. Masih naik angkutan umum, berdesakan di kereta, naik ojol dan lainnya. Masih pergi bekerja, masih ke pasar, cuci mata ke mal. Masih ke tempat ibadah semuanya tanpa pengaman
Mereka, para OTG ini, mungkin ada di sekitar kita, dekat dengan kita. Mungkin saja tetangga kita, teman kerja kita, sahabat kita, saudara kita, tukang sayur langganan, atau bahkan kita sendiri…
.
Banyak ahli-pihak kompeten menyatakan, pandemi ini belum mencapai puncaknya. Mereka memperkirakan, masa puncak itu terjadi pada Mei, Juni, hingga Juli 2020. Ini baru medio April. Catat…masih April.
Selain diam di rumah, jaga jarak, dan cuci tangan, memakai masker adalah ikhtiar sangat penting untuk menekan penyebaran covid 19. Untuk menjaga kita agar tidak tertular. Menjaga anak, istri, suami, ayah ibu, sanak saudara, agar tidak tertular.
Saya, Anda, kita semua harus melakukannya. Dengan disiplin, dengan serius, dan bersungguh-sungguh.
Sikap ngeyel dan masa bodoh dalam situasi ini bukan hanya tak ada gunanya dan sangat menyebalkan, tapi juga menjadi “ikhtiar terbaik” mendorong penyebaran penyakit ini mencapai titik terburuk yg mungkin tak pernah terbayangkan.(*)
Juwendra Asdiansyah
19 April 2020