عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: حسبُك مِن نساء العالَمين أربعٌ: مريم بنت عمران، وآسية امرأة فرعون، وخديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد
Rasulullah SAW bersabda: ”Sebaik-baik wanita di alam semesta ada empat orang. Mereka adalah Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, Khadijah, dan Fatimah. (HR Ahmad).
Sejarah tak akan diulang. Mungkin ada kemiripan, tapi tak sama. Sejarah adalah ibrah, pelajaran bagi generasi sesudahnya. Dihadirkan sebagai sebaik-baik kisah pilihan. Kebaikan mereka telah ditampilkan dan diabadikan dalam kitab suci. Masing-masing kita bisa membaca dan memilihnya sebagai cermin, bagaimana mereka membangun dan membersamai keluarga.
Perilaku mereka tidak melalui penataran, apalagi ikut dalam women’s world festival dengan mengedepankan pamer aurat. Mereka juga bukan korban feminisme liar ala wanita tanpa muru’ah. Keluar dari fitrah kesucianya, dan bermimpi menjadi lelaki maco. Pikiran dan hatinya kacau, jasadnya berubah bentuk dari feminim.
Padahal sosok wanita adalah kehormatan. Ada ibu pertiwi, yang digambarkan sebagai tempat kembali dan berteduhnya warga negeri. Bahasa ibu, terkenal dalam gambaran bahasa tutur yang asli. Ibu kota, pusat kawasan strategis dalam sistem pemerintahan. Ibu, atau wanita adalah ibarat madrasah (sekolah) bagi warga didik dalam keluarga.
Rasulullah memilih Khadijah yang secara umur selisih 15 tahun, karena keinginan mendapatkan wanita mulia sebagai teman seperjuangan. Wanita yang mampu meredam kegalauan saat menerima tugas kerasulan, bertemu Jibril dan menerima wahyu. Mampu berpesan, “Demi Allah, pasti Allah tak akan menyia-nyiakan diri-Mu”. Beliu juga memberikan beberapa bocoran wanita wanita mulia buat Anda. Maksudnya, sifat-sifat mulianya menjadi indikator saat juru dakwah memilih atau mendidik pasangan.
Sifat-sifat mulia yang akan muncul pada setiap masa, dan bisa kita telusuri dalam kehisupan nyata. Wanita idaman itu selalu mampu berusaha menjaga kehormatannya. Kelihatanya wanita “kuper” hari gini ada wanita yang membatasi diri. Sangat ketat memilih dan membangun pergaulan. Maryam dihadirkan Allah sebagai pelajaran, sebagaimana diabadikan dalam wahyu Allah,
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ
“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS At-Tahrim [66]:12).
“Cewek matre”, sindiran terhadap beberapa wanita yang hanya mementingkan materi dunia saja. Juru dakwah harus selektif, mampu memilih dan mengendalikan gejolak hatinya, bahwa dipundaknya ada misi. Pilihlah wanita seperti Asiyah, seorang wanita yang tak silau oleh gemerlapnya kekuasaan dan kekayaan sang suami, Firaun. Di tengah semua fasilitas yang menggiurkan tersebut, Asiyah justru berdoa:
رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
”Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga; dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari orang yang zalim.” (QS 66:11).
Khadijah RA telah terukir indah namanya di hati Rasulullah dan umatnya sepanjang zaman. Benteng hidup yang mampu memberikan sokongan jiwa dan hartanya bagi perjuangan. Karena, ia telah rela menghabiskan hartanya dalam rangka penyebaran Islam. Ia pula yang menghibur baginda Nabi, ketika Nabi terguncang menerima wahyu pertama. Khadijah segera tampil dengan nasihat dan semangat.
“Rela tidur diatas kasur rumput, pun tangan terkelupas”, menemani sang suami Sahabat Ali bin Abi Thalib. Lahir dari rahim wanita pilihan, kesayangan Nabi, Fatimah radhiyallahu anha, putri yang bersih dari segala debu jahililah, hidup di bawah bimbingan ayahnya.
Fatimah tidak dibesarkan dalam fasilitas keduniawian, melainkan dalam kancah perjuangan fisabilillah. Ia pula yang membersihkan punggung ayahandanya, dari kotoran bangkai hewan yang diletakkan kafir Quraisy. Tambil berani, dengan tetap menunjukkan kelembutan. Saat-saat tertentu ia selalu menghibur ayahnya, saat menghadapi tekanan bertubi-tubi dari kaum Quraisy.
Kini setelah ribuan tahun berlalu, masihkah para lelaki merindukan wanita idaman diatas? Semoga para juru dakwah tak salah pilih wanita idaman yang akan diajak bermitra dalam dakwah. Juga tak bosan-bosan mendidik mereke, para wanita muslimah Indonesia untuk memiliki sifat sifat mulia sebagaimana empat wanita terbaik tersebut sebagai sumber inspirasi kehidupan mereka?
Keluarga dakwah, hanya akan terwujud jika sifat sifat para istrinya masuk dalam katagori diatas. Mungkin tidak semuanya, toh itu tidak mungkin. Ambil beberapa sifat, sebagai pondasi mengarungi kehidupan dakwah kedepan. Selamat mencoba dan mewujudkanya, semoga kita mampu.