مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya), (QS. Al-Ahzab, 23)
“Dakwah pilihan yang tidak populer”, kata sebagaian orang. Ada benarnya, walaupun banyak salahnya. Pangkal kesalahannnya terletak pada aspek inderawi yang menjadi dasarnya. Padahal, pelaku dakwah itu kepopulerannya mengikuti kemuliaan para Nabi dan Rasul. Mana mungkin da’i atau bidang dakwah tidak dianggap populer, sementara gerakan Islamophobis sejatinya adalah gerakan mematikan dakwah. Asumsinya, kalo dakwah itu diberangus, dimusuhi, dintimidasi dimana-mana, sejatinya dakwah itu pekerjaan yang keren dan penuh tantangan.
Maka para pelaku dakwah sama populernya dengan isu permusuhan kepada Islam itu sendiri. Atau boleh jadi, pernyataan bahwa dakwah atau menjadi juru dakwah tidak dinikmati, memang sengaja dipopulerkan agar pertumbuhan dakwah menjadi semakin mengecil, kerdil, dan sah untuk dituduh sebagai aktivitas toleran dan biar mati. Mungkin ini, analisa yang paling mendekati kebenaran.
Kalo percintaan dianggap paling populer, toh kisah cinta dibawa mati hanya ada dalm sinetron. Dalam kehidupan nyata, soal cinta sampai mati, hanya pilihan pasangan yang sulit mengelola emosi, ada mental split yang konslet. Tak nyambung antara akal, dan hati. Antara pikiran dan wahyu ilahirabbi. Pikiran materialistik yang mendominasi, akhirnya ditutup dengan bunuh diri.
Tapi, biarkan pernyataan itu terus menggelinding, toh masih terlalu dini menyimpulkan gerakan dakwah tidak diminati lagi. Asumsinya, sepanjang musuh dakwah masih melakukan aktivitasnya, sepanjag itu pula dakwah ini akan tetap eksis dan menemukan momentumnya. Mati satu, tumbuh seribu. Bagaimana tidak unik dan nyata, ayat diatas menggariskan konsep obsolutisme proses dakwah itu.
Wah, banyak fakultas dan prodi dakwah sepi peminat. Itu juga asumsi tanpa dasar. Wong dari dulu, para sahabat, ulama, kiyai juga tak pernah ‘makan’ bangku kuliah dalam makna hari ini. Mereka dari dulu juga dimusuhi dan diintimidasi. Tapi, mereka tetap teguh, memegang janji suci, bahwa hidup ini hanya untuk dakwah. Ayat diatas menjntun kita, bagaimana hal itu tetap terjadi,
“Dan diantara orang-orang Mukmin ada orang-orang yang memenuhi perjanjian mereka dengan Allah, bersabar di atas kesulitan, kesempitan dan pada saat perang. Dan diantara mereka ada yang telah memenuhi janjinya dan gugur sebagai syahid di jalan Allah atau mati di atas kebenaran dan telah memenuhi janji. Dan diantara mereka ada yang menunggu satu dari dua kebaikan, kemenangan atau mati syahid. Mereka tidak merubah perjanjian dengan Allah, tidak menggantinya dan tidak membatalkannya sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang munafik”.
Segolongan, sebagian umat mengikat janji setia untuk tetap melaksanakan tugas damwah ini semampunya, dan sampai mati. Janjinya, tidak diucapkan dihadapan mertua dan penghulu. Ia ucapkan janji itu dihadapan Allah pemberi hidup dan kemenangan. Janji itu mereka pupuk dengan ilmu, iman dan amal.
Janji dakwah itu juga dipupuk dengan membangun kebersamaan, dengan cara mengkader calon-calon pelanjut dakwah dari berbagai kalangan. Laki wanita, tua muda, kota desa, miskin kaya, dibina ddngan tekun dan penuh kesabaran. Tidak untuk menguatkan posisi individu, tetapi menguatkan laju perjalanan dakwah yang harus terus berjalan. Mereka ibarat bensin bagi mesin motor, melicinkan proses mekanika onderdil yang saling bersentuhan.
Ada yang di atas, dibawah, tengah. Ada yang kehujanan, ada pula yang teremdam air. Ada yang nekad, ada pula yang mikir-mikir, bahkan ada yang harus mundur sejenak untuk mengambil ancang-ancang. Resiko hal yang biasa, kata penyair Muslim, “Kalau tidak mati dimedan perang, paling juga mati diatas kasur”.
Dakwah bukan soal mati dan hidup. Tapi dakwah hadir untuk mengatur kehidupan, dan menyiapkan kematian yang baik. Mau pilih diposisi mana Anda dalam dakwah. Tekuni dan sadari dengan sepenuh hati, bahwa pilihan ini adalah janji kita kepada Allah.