إِن يَنصُرْكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا ٱلَّذِى يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعْدِهِۦ ۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali ‘Imran, 160)
“Mohon maaf, ini saya dapat panggilan surat dari pengadilan agama, mohon bisa didampingi”, bunyi WA disaat sore jelang petang, dikirmkan pula surat panggilan tersebut. Astagfirullah, Lailaha illa anta subhanaka inni kuntu minadhalimin. Saya jawab, insyaallah.
Kira jelang isya’ di Jakarta, kiriman berikutnya datang dari ikhwah di daerah Barat negeri ini, disana pasti belum waktu isya’ katanya dalam WA, “assalamu’alaikum ustadz, qaddarullah ana masih kurang sehat ustadz dan ana belum di swab (sebelumnya positif) karena terkendala biaya,, sedangkan ana sudah diminta untuk mulai masuk ke pesantren (pengabdian). posisi ana sekarang sedang dikampung ana, mohon bantuan penyelesaian masalahnya ustadz. afwan kalau ana memberatkan
Ku balas dengan rasa sedih, “Kalo memang sakit dan proses penyembuhan sebaiknya, mengajukan cuti pengabdian dakwah saja. Sakit ini perlu banyak istirahat. Banyak minum, kena sinar matahari pagi, dan berdzikir. Sebaiknya, antum segera kasih kabar kelapangan ttg kondisi atau mengajukan cuti dl, fokus penyembuhan. Syafakallah syifaan ajilan”. Ku teruskan kabar ini ke beberapa ikhwah yang bisa membantu, alhamdulillah subuh pagi ini, pulang dari masjid WA-ku berbunyi, “insyaallah sdg diusahakn cek majanan dr RS Islam”. Kawan yang lain menyarankan, agar mukafah jangan dihentikan walaupun sakit, karena kena sakitnya saat sedang menjalankan misi dakwah. Saya setuju, syukur bisa diusahakan tambahan kerohiman untuk baiaya tambah gizi dan vitamin.
Masih ada beberapa, berita yang lainya, seperti pembinaan di kawasan perbatasan Sambas, investigasi, mahasiswa yang sedang kebingungan mencari judul skripsi dan jodohnya. Atau tugas dakwah yang belum ketemu jalan keluarnya. Juga msalah dai yang ngaku sakit padahal sehat, mungkin sedang kangen sama ortunya, izin sudah bawa tiket. Unik, lucu, dan kadang menjengkelkan. Maklum, ngurus manusia yang punya pikiran, hati dan jasad. Perlu kesabaran untuk mengurusnya, pesan mentor dakwahku, “Ngurus dakwah, seperti mengelola rumah tangga. Perlu seni!”.
Ya, posisi kita memang kadang delematis, antara menjalankan perintah yang sudah pasti, dan kondisi lapangan yang sering harus menyesuaikan dengan cuaca. Pekerjaan kita, khususnya dalam aapek dakwah, sejatinya sama dengan pekerjan pekerjaan yang lainya. Ibaratnya seperti usaha membuka rahasia taqdir. Jalannya, bekalnya, caranya, syaratnya berusaha kita penuhkan. Tapi hasilnya kita tak pernah tahu, kadang berbeda antara hulunya dan hilirnya. Kata anak muda yang sedang jatuh cinta, “kang bertepuk sebelah tangan”.
Saat Khalid bin Walid dipecat dari jabatan komandan perang oleh Khalifah Umar, banyak sahabat yang protes dan Beliaupun juga. Tapi pada ujung kehidupanya, menjelang ajal, kata Khalid, “pemecatan ini terjadi karena taqdir. Umar menjalankan taqdir, akupun berusaha menerima taqdirku”. Jelas sekali sikap yang mulia ini, bagaimana merespon ketentuan Ilahi rabbi. Tiada kuasa dan daya sedikitpun untuk menolaknya karena kita tidak suka, ataupun memaksakan suatu nikmat untuk diberikan karena kita mencintainya.
Memang kita bisa memilih, tapi tak punya kuasa memastikanya. Berdakwah, menjalankan syariat, membantu kita menyiapkan perbekalan, syaratnya, jalannya, caranya bahkan sebab kesuksesanya ataupun sebab kegagalanya, ataupun targetnya. Tapi, semunya tak bisa menghentikan taqdirnya. Kita hanya bisa berharap, agar usaha kita dicatat sebagi amal sholeh, walaupun berakhir dengan rasa pahit karena harus menerima “kekecewaan”.
Semakin dekatlah dengan Allah, agar apa yg dirasa menyedihkan menjadi pelajaran dan stimulus kesabaran dalam menerima taqdirmu. Semoga kebaikan kebaikan, yang masih Engkau rahasiakan dan juga ampunan-Mu masih tersisa untuk umurku yang tinggal sisa ini. Ya, Allah berikanlah jalan keluar yang baik bagi para dai yang sedang Engkau uji dengan taqdirmu.