وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali ‘Imran 103)
Menambal, merekat, mengompliti, menyusun, mengganti, adalah beberapa sifat mulia yang lekat dengan manusia. Tentu manusia beradab, manusia yang telah tersibghah dengan nilai nilai ilahiyah. Bukan manusia tukang caci, tukang fitnah, tukang pecah dan sejenisnya. Yang satu berfikir dengan akal sehat dan nilai, yang satu berfikir dengan nafsu dan bisikan setan.
Keduanya berada dalam kehidupan ini. Potensi baik membawa sifat mulia, potensi jelak menjebloskan dalam kesengsaraan. Kemana kita berjalan, ayat ayat Rabbaniyah menggiring kita. Membesikkan suara lembut menyentih qalbu. Rab kita berharap manusia selamat dunia dan akhirat. Surga terlalu luas jika hanya ditinggali sebagian kecil manusia. Dakwah menyuarakan itu, melalui lisan para juru dakwahnya.
Menyuarakan tentang dorongan untuk selalu berpegang pada tali Allah, nilai nilai rabaniyah yang tertuang dalam kitab suci dan juga alam serta dalam diri, jiwa kita. Kita diajak merenung tentang siapa diri kita, saat mengaitkan dengan tali Allah, ada ruang bagi kita untuk dekat.
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 103. dan berpeganglah kalian semua pada al-Qur’an, jauhilah perpecahan dan perselisihan, dan bersyukurlah kepada Allah atas kenikmatan yang telah Dia berikan berupa persatuan dan kasih saying di antara kalian, setelah kalian saling berselisih pada masa jahiliyah; kemudian dengan karunia Allah kalian menjadi saling bersaudara dan menyayangi. Dan sebelumnya kalian hampir jatuh ke jurang neraka Jahannam kemudian Islam menyelamatkan kalian. Dengan penjelasan yang jelas ini Allah terangkan kepada kalian ayat-ayat yang menuntun kepada kebaikan, agar kalian mendapat petunjuk ke jalan yang benar. Nafi’ berkata: Abdullah bin Umar datang kepada Abdullah bin Muthi’ ketika terjadi peristiwa al-Harrah pada zaman Yazid bin Muawiyah. Abdullah bin Muthi’ berkata: “Berilah Abu Abdurrahman (Abdullah bin Umar) bantal.” Maka Abu Abdurrahman berkata: “Aku datang kepadamu tidak untuk duduk, aku datang kepadamu untuk menceritakan kepadamu suatu hadits yang pernah kudengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً “Barangsiapa melepas tangannya dari ketaatan, maka ia akan menemui Allah di hari Kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah, dan barang siapa mati sedang dipundaknya tidak ada bai’at, maka ia mati seperti mati jahiliyyah.” (hadits dikeluarkan oleh Muslim dalam as-Shahih 3/1478 no. 1851, kitab imarah, bab kewajiban berpegang pada kesatuan kaum muslimin saat terjadi perpecahan).
Sambungkan dirimu dengan panggilan Allah, jangan diputus.