Posisi daerahnya ditengah nusantara. Dapat angin dari timur dan barat. Hujan bisa turun tanpa kabar yang cukup untuk membuat prediksi. Kekuatan angin begitu cepat berubah.
Sulawesi Tengah daerah dakwah kontemporer. Walaupun ada di titik jauh dari pusat metro city dan industri, kini seperti sedang membangun peradaban dunia. Ia telah melewati banyak kota di nusantara, karena jaringan internasional malah masuk begitu dahsyat.
Bagi pelaku dakwah, masuknya siapapun ke satu kawasan adalah peluang dakwah. Dakwah tak pernah menempatkan orang atau kelompok dalam posisi negatif, tapi itulah kehidupan dakwah.
Dakwah berjalan karena tantangan. Sepertinya, jargon dakwah itu seperti para pendekar silat yang lagi berhadap-hadapan, “ni dadaku, mana dadamu”.
Sulawesi Tengah dengan kotanya Palu berada di sentrun kepentingan global. Nikel dan kekayaan alam menjadi lahan perebutan industri strategis. Morowali Utara lebih spesifik lagi, bahasa Mandarin menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan.
Kedatangan para pekerja Cina, lepas dari soal setuju atau menolak, yang jelas ini peluang. Bagi kita, kewajiban memperbaiki diri harus menjadi konsen utama.
Bagi juru dakwah, ini peluang. Lembaga pendidikan harus berubah. Orientasinya membangunan peradaban, bukan sekedar aspek fisik. Nilai harus menjadi arus utama, masyarakat disiapkan membaca perubahan.
Bahasa, sejarah dan motivasi perjuangan harus ditingkatkan. Mengapa? Karena hidup memerlukan pengorbanan dan tanggungjawab mengemban kehidupan mulia.
Palu adalah konsentrasi para dai. Juru dakwah bagi peradaban manusia mulia. Tantangan itu stimulus bagi pergerakan perubahan, bukan penyesalan, apalagi hanya sekedar luapan emosi.
Palu, semoga kuat menjadi landasan dakwah bagi pergerakan dakwah global. Manfaatkan kesempatan itu, jangan melihat sisi negatifnya.
Selamat berjuang. Palu dai itu ilmu hikmahnya, untuk menancapkan serta meratakan pondasi akidah umat. Dai Palu, itu sejatinya para perubah peradaban, dari Sulawesi Tengah.
Kartosuro, 4/2/23
Sumber : Catatan Ust. Ahmad Misbahul Anam