Di alam yg sejuk & dingin di ketinggian desa Cihanjuang, Cimahi, Bandung Barat, tepatnya di Pesantren Darul Iman pimpinan Ust. Roni Abdul Fatah, M.A, yang dikenal telah banyak melahirkan santri-santri Tahfidz Al-Qur’an dan Tafaqquh Fiddin, Koordinasi dan Silaturahmi Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia se Jawa Barat dilaksanakan.
Acara dua hari, Sabtu-Ahad (11-12 Desember) ini dihadiri sekitar 50 tokoh Dewan Da’wah Kota dan Kabupaten se Jawa Barat, utamanya untuk menindaklanjuti hasil-hasil dan kesepakatan yang dicapai sebelumnya pada Rakorwil Dewan Da’wah Jawa Barat, 5-6 Juni 2021.
Beberapa bahasan terkait isu keummatan dibicarakan dibawah tajuk “Meneguhkan Fungsi Dewan Da’wah Sebagai Pengawal Aqidah”, menurut Ketua Dewan Da’wah Provinsi Jawa Barat, HM. ROINUL BALAD, S.Sos.I, antara lain terkait kesiapan menghadapi Natal dan tahun baru, isu-isu yang berkait keummatan dalam konstelasi politik nasional kewaspadaan atas bergeliatnya komunis gaya baru, serta upaya menangkal pengaruh Syiah di Jawa Barat. Hal lain yang dibicarakan adalah Inspirasi Dakwah Pedalaman.
Kecuali tentang pemerkosaan yang dilakukan seorang guru Boarding School terhadap 14 santriwati yang menyebabkan hamil bahkan beberapa sudah melahirkan, diulas sedikit saja. “Kami lebih menyikapinya dengan menunggu hasil putusan pengadilan dan pengakuan pelakunya di persidangan,” jelas Ustadz Roinul Balad. Ummat Islam di Jawa Barat, diharapkan Ustadz Roin, menyikapinya dengan pendapat yang sama, agar tidak terpancing oleh pihak-pihak yang memanfaatkan untuk menyudutkan Islam.
Terkait kesiapan menghadapi Natal dan Tahun Baru, Ustadz Roin menjelaskan dalam diskusi bahwa hampir dalam setiap perayaan Natal umat Kristen setiap tahun, selalu ada upaya-upaya mempengaruhi akidah ummat Islam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu beliau mengharapkan tokoh-tokoh Dewan Da’wah se Jawa Barat, dapat didukung oleh para alim ulama di lingkungan masing-masing, untuk mengingatkan ummat Islam atas hal-hal yang mempengaruhi cacatnya akidah, seperti menggunakan simbol-simbol Natal, secara sukarela atau karena ada tekanan, mengucapkan selamat Natal kepada ummat Kristiani dan hal lainnya yang boleh jadi tanpa disadarinya terkategori murtad menurut akidah Islam. Target Kristenisasi, menurut Ustadz Roin, sampai Hatta tattabi’a millatahum – Sampai kita mengikuti jalan mereka (Nasrani). Maka kegigihan mereka itu wajib dihadapi dengan kesungguhan untuk menyelamatkan ummat Islam.
Pelemahan Ummat Islam
Pada sesi berikutnya, Ustadz Roin kembali tampil mengangkat materi terkait situasi keummatan dalam konstelasi politik yang memanas akhir-akhir ini karena berbagai faktor penyebab. “Perang” dalam ranah media digital memperebutkan posisi Presiden sudah dimulai. Para simpatisan mengunggulkan kandidatnya masing-masing.
Memanasnya konstelasi politik – dalam beragam topik – secara langsung maupun tak langsung berimbas kepada ummat Islam. Paling memprihatinkan adalah kriminalisasi terhadap para ulama. Hal ini mengkondisikan Ummat Islam berada dalam kondisi tertekan secara psikologis, termasuk dalam kehidupan beragama dimana kata ‘radikalisme’, ‘terorisme’, ‘intoleransi’ sengaja diarahkan kepada siapapun yang memiliki pemikiran kritis. Kehidupan berdemokrasi pun terbatasi oleh berbagai produk perundang-undangan.
“Kiranya hal ini membuat ummat Islam mawas diri dan semakin kokoh menjaga persatuan. Kita mendukung apa-apa yang baik, dan menasihati dengan bijaksana untuk hal-hal yang mudharatnya jauh lebih besar daripada manfaatnya,” papar Ustadz Roin.
Perang Mu’tah dan Kemenangan Islam
Shahibul Bait Pimpinan Pondok Pesantren Darul Iman, Ust. Roni Abdul Fatah, dalam sesi kedua di hari kedua, menyampaikan Shirah Nabawiyah, menelusuri tapak-tapak kehidupan dan perjuangan Rasulullah SAW secara detail dan rinci. Mengurai perjalanan hidup Nabi yang penuh warna, kaya nuansa dan makna. Diantara materi yang disampaikan adalah perang mu’tah, yaitu peperangan kaum muslimin melawan pasukan kekaisaran Bizantium Romawi Timur yang dipimpin Heraklius, yang berlangsung di daerah Mu’tah, kawasan dataran rendah Balqa di Negeri Syam. Pada masa itu, Syam termasuk dalam wilayah dari Byzantium Romawi Timur. Kisah peperangan yang demikian heroik, termasuk Perang Tabuk yang diceritakannya, diharapkan menjadi penyemangat perjuangan dakwah, yang di aktualisasi dengan perang informasi yang terjadi saat ini.
Ustadz Roni Abdul Fatah menceritakan sejarah peperangan yang tidak seimbang itu, dimana 3.000 pasukan Muslim yang dipimpin oleh tiga panglima besar, yaitu Zaid bin Harits, Ja’far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah, menghadapi 200 ribu pasukan Byzantium Romawi yang terdiri dari 100.000 tentara Byzantium Romawi ditambah 100.000 pasukan bantuan dari kaum musyrik Arab. Dan bagaimana ketangguhan Khalid bin Walid Rahimahullah memimpin perang setelah syahidnya ketiga panglima besar Islam dalam perang ini, meski kemudian Khalid bi Walid yang terputus kedua tangannya syahid juga di medan perang.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan ketakjubannya terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla melalui hasil peperangan yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dengan berkata: “Ini kejadian yang menakjubkan sekali. Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan dalam agama. Pihak pertama pasukan yang berjuang dijalan Allah Azza wa Jalla, dengan kekuatan 3000 orang. Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. Mereka saling bertarung dan menyerang. Meski demikian sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan kaum muslimin. Padahal, jumlah korban tewas dari kaum musyirikin sangat banyak. (lihat al-Bidayah wan Nihayah (4/214)
Sebelumnya, di hari pertama, Ustadz Dr. Hadiyanto A. Rachim mengangkat materi tentang Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme, dan Komunisme: Predator Aqidah Umat.
Dalam presentasinya Ustadz Hadiyanto menerangkan bahwa Fatwa MUI Nomor 7/Munas VII/MUI/11/2005, telah menjelaskan bahwa Sekularisme agama adalah faham yang memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia didasarkan atas kesepakatan sosial semata.
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.
Liberalisme agama adalah faham yang memahami nash-nash agama (Al-Qur’an & Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata. Sebuah kebebasan berpikir yang pada akhirnya menyesatkan karena tidak terbimbing oleh agama.
“Tahu Karl Marx? Ia pencetus dari paham Marxisme, yang merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manifesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Menurut Marx, untuk menyejahterakan kaum proletar, paham kapitalisme perlu diganti dengan paham komunisme. Sedangkan mengenai agama, pendapatnya: Agama adalah keluhan makhluk yang tertekan. Agama adalah candu rakyat. Agama adalah faktor sekunder, sedangkan faktor primernya adalah ekonomi” papar Ustadz Hadiyanto menjelaskan dengan paparan yang gamblang.
Beliau juga memberi wawasan tentang Benturan Antar Peradaban karya Samuel Huntington yang dalam judul aslinya adalah “The Class of Civilizations”. Menurut Huntington, konflik tidak didasarkan faktor ideologi dan politik, tapi karena faktor kultural/peradaban. Adapun ancaman terbesar setelah Uni Sovyet runtuh adalah bahaya peradaban Kuning (China) dan Islam.
Menurut Ustadz Hadiyanto, “Banyak yang mengagumi pemikirannya, yang dibalik itu, sebetulnya ia menebar racun kepada dunia agar memusuhi Islam”.
Cerita Istimewa: Ternak Gemuk Setelah Masuk Islam
Sebuah pengalaman istimewa dan sangat berkesan diceritakan Ustadz Adi Putra dari Laznas KPZ Tambun, Bekasi, yang membawakan program Inspirasi Dakwah Pedalaman (IDP) bersama timnya ke pedalaman Sulawesi Tengah.
“Ustadz, alhamdulilah setelah saya masuk Islam ternak babi saya gemuk2,” cerita suka cita seorang emak di pedalaman Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, kepada Ustadz Adi Putra. Kita mungkin akan spontan menanggapi pengakuan emak sambil tertawa-tawa saking lucunya, dimana si emak itu mungkin menganggap babi peliharaannya menjadi gemuk sebagai keberkahan setelah ia masuk Islam.
Ustadz Adi Putra dan Ustadz Lalu Hafizon Rohman S.sos, bersama di atas mimbar menyampaikan presentasi program Inspirasi Dakwah Pedalaman (IDP).
Ustadz Adi tak bisa berkata apa-apa, kecuali senyum-senyum. Ia tahu, situasinya tidak tepat untuk menjelaskan keharaman babi bagi pemeluk Islam. Maka Ustadz Adi pun dibantu oleh tim Dewan Da’wah Touna (Tojo Una-Una), melakukan fundrising.
Dengan uang yang terkumpul, dibelinya beberapa pasang kambing dan kembali menemui emak-emak di pedalaman tersebut sambil menjelaskan alasannya membawa kambing, untuk mengganti hewan babi yang dipelihara si emak ini. Tak urung si emak ini pun tertawa setelah paham babi haram.
“Alhamdulillah, beliau sudah paham sekarang,” ujar Ustadz Adi yang menceritakan juga beberapa rintangan dakwah yang dihadapinya melalui ancaman-ancaman dan santet.
Demikianlah, dakwah bil hikmah. Menyampaikan dakwah dengan cara yang arif dan bijaksana. Secara pribadi, mengikuti materi-materi yang disampaikan oleh para pemateri menguatkan penulis untuk istiqomah meniti surga di jalan dakwah.
Banyak harap terhadap para pemimpin yang sedang diamanahi Allah SWT dengan tanggungjawab dan kekuasaan, penulis mengimbau untuk stop kriminalisasi ulama. Hal tersebut akan menjadi anti-produktif dengan visi-misi pembangunan nasional. Stop pula isu radikalisme, terorisme, dan intoleransi, yang semuanya bermuara kepada pelemahan ummat Islam.
Inspirasi dari acara ini, mengingat materi-materi yang disampaikan penuh makna – sebagaimana penulis termotivasi untuk isiqomah di jalan dakwah – kiranya akan lebih bermanfaat jika dibuka kepada masyarakat Muslim, baik dilakukan secara offline dalam bentuk pertemuan maupun secara online, memanfaatkan fasilitas-fasilitas media sosial.
Wallahu a’lam bishawab.
——————-
Penulis adalah Ketua Bidang Pendidikan dan pelatihan PP Muslimat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, masih tercatat sebagai Pengurus Dewan Da’wah Kota Bekasi. Dalam Rakorwil Jawa Barat, penulis menjadi salah satu utusan, mewakili Dewan Da’wah Kota Bekasi.