“Anak saya mah, walopun saya di penjara, dia gak sebel sama saya. Soale mereka tau ibunya itu kerja buat nyukupin mereka.”
“Sekarang anak saya yang bungsu jadi tulang punggung. Kakaknya yang dua kan udah berumah tangga, udah ngurus keluarganya. Makanya saya tuh pingin cepet pulang. Tuh anak dari umur 15 taun udeh saya tinggal. Sekarang dia udah umur 21. Tamat SMA langsung kerja. Abis gimana? Gak ada yang nyari makan. Tiap bulan dia ngirimin saya 300. Mana dia buat ongkos. Sampe ngutang-ngutang dia tiap bulannya. Gak cukup buat kebutuhan rumah. Gajinya pan kecil, ” panjang lebar Bu Mutiara (bukan nama sebenarnya) menceritakan kehidupan keluarganya kepada kami.
Penghuni Lapas Perempuan ini biasa berbagi cerita, curhat ke kami. Mereka sudah mengenal kami sejak 7 tahun yang lalu. Ada napi yang sudah bebas, ada juga yang baru masuk.
Kunjungan kami, Muslimat Dewan Da’wah Lampung setiap hari Kamis menjadi agenda rutin yang ditunggu mereka.
Kami pun harus menyediakan waktu seusai pembinaan, agar bisa mendengarkan curhatan mereka.
Bukan hanya itu, apa yang kami lakukan di sana juga memotivasi dan mengapresiasi setiap perubahan mereka ke arah kebaikan, serta membantu mempersiapkan diri mereka untuk bisa diterima kembali di masyarakat.
Keluhan mereka penting bagi kami. Agar kami tahu apa yang mereka butuhkan. Saran dan solusi sangat mereka butuhkan untuk masalah yang tengah mereka hadapi. Dan tak sengaja, justru sebenarnya kamilah yang sedang belajar hidup kepada mereka.
Di lapas perempuan ini, banyak kisah ibu-ibu perkasa yang harus bertarung dengan kebutuhan hidup. Sederhananya pemikiran mereka, membuat mereka harus terjerembab ke dalam lapas ini.
Namun, bagaimanapun mereka, mereka punya hak untuk bangkit kembali. Walaupun masih banyak yang merasa putus asa dan merasa terlanjur jatuh, namun kami yakin satu per satu di antara mereka pastilah dititipi Allah cahaya yang mampu menerangi.
Kami hanya sekedar menyambut tangan mereka dan membantu mengokohkan pegangan mereka. Selebihnya segala urusan kami serahkan kepada Allah yang mampu membolak-balikkan hati mereka.
Umi, tolong kirimin foto yang pas ngaji tadi ke anak saya, ya. Biar dia seneng ngeliat mamanya ngaji.”
“Saya bilang ke dia, iya mama cepet pulang. Nanti mama yang bayarin utang-utang Dedek semuanya.”
“Nanti mama narkoba lagi…,” suara Bu Mutiara menirukan jawaban anak gadisnya saat mereka telponan kemarin. Terbayang wajah seorang gadis 21 tahun yang merengek dengan ekspresi kesal bercampur khawatir.
“Nggak…, nggak. Mama gak narkoba lagi. Ini ada kawan mama yang mau minjemin duit. Nanti mama usaha. Kita jualan apalah, biar ada untung. Nanti untungnya buat bayar utang-utang Dedek, ya….”
Ooohh…, rumit rasanya. Namun itulah kehidupan. Di saat seorang wanita, seorang ibu, harus berjuang untuk kehidupan seluruh anggota keluarganya. Dengan kondisi terbatas, mereka harus tetap survive. Mengambil alih peran dan bergumul dengan segala kondisi yang membingungkan.
Satu keyakinan bahwa di balik kelemahan seorang ibu, ada jiwa yang perkasa, yang dibekali oleh Sang Khaliqnya.
Selamat Hari Ibu untuk para penghuni Lembaga Pemasyarakatan Perempuan kelas II A Bandar Lampung. Tetaplah yakin bahwa ada suatu kebaikan menunggu di ujung sana
Bandar Lampung, 12 Desember 2022
Muslimat Dewan Da’wah Lampung