هوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS. Al-Ahzab, 43)
Sejak mula, kerja dakwah sejatinya tidak sendirian, juru dakwah selain ditolong Allah, juga dibersamai oleh para Malaikat. Kisah kisah bagaimana dakwah diemban oleh Rasul, banyak keterlibatan makhluk ini. Malaikat Jibril, menemani Rasul saat Isra’ Mi’raj, menghadap Allah menemuai puak-puah sholehNya. Membersihkan diri dan mengiatkan tauhid. Wahyu-pun diturunkan dsn diajarkan melalui Jibril.
Para penuntut ilmu, apalagi penuntut ilmu yang niatkan akan ikut serta meramaikan dakwah, aktif terlibat dalam dakwah, akan mendapatkan doa dari para Malaikat. Kita paham, jika syarat doa diterima karena kemampuan menjauhkan diri dari maksiat, Malaikat adalah yang memiliki kemampuan itu. Tentun doanya terkabulkan. Rasulullah Muhammad berabda, kepada penuntut ilmu dan mendakwahnya,
” Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.” (HR. Muslim)
Penuntut ilmu dan pendakwah mendapatkan kehormatan, didoakan oleh Malaikat juga makhluk melata dan juga ikan-ikan dilautan. Dengan jalan ilmu dan dakwah, bumi akan menjadi baik, ada kurikulum untuk mendidik warganya. Ilmu dan dakwah adalah misi agama. Maka penguatan agama, dengan cara terus mendakwahkan sama saja menjalankan misi negara. Dalam pasal 29, UUD 1945,
– pasal 1 menyebutkan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
– pasal 2: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Jadi, melarang dan menghilangkan agama sama saja menjadi musuh negara. Negara memiliki hutang kepada agama, yang tak mampu dibayar sampai kapanpun. Negara memerlukan nilai, moral, dasar pondasi dan filosofi negara, agama melalui para juru dakwahnya menyumbankan pikiranya, seluruh dayanya. Muncullah kata: adil, adab, musyawarah, wakil sebagai sumbangan dari pejuang dakwah. Didalamnya ada Panitia Sembilan, yang diantaranya adalah tokoh dakwah yang terkenal dan mumpuni Abdulkahar Muzakir, Agus Salim, K.H.Wachid Hasjim, selain anggota yang lain yang beragama Islam.
Para pendakwah, memang berusaha sskuat tenaga agar kehidupan ini ssmakin baik, semakin beradab, semakin tepat menempatkan diri dihadapan Allah. Memilih pekerjaan yang paling mulia, memperbaiki manusia. Kebahagiaan yang diidamkan manusia, tidak bakanlan terwujud kecuali manusia tersebut berubah ke arah yang lebih baik, juru dakwah banyak berkontribusi.
” Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (Al-Hadits dari Abu Umamah Al-Bahily).
Jadi jangan merasa malu terjun, menekuni aktivitas sebagai juru dakwah. Nama-Mu disebut oleh Malaikah, ikan dan juga mahkluk di bumi. Teruslah berdakwah, agar beban hidup menjadi semakin ringan.