LAPORAN PERJALANAN RELAWAN DI LOKASI BENCANA TSUNAMI DI LAMPUNG SELATAN
Pukul 07.30 pagi. Matahari bersinar redup. Namun, cukuplah untuk menghangatkan semangat para relawan yang akan menuju lokasi bencana tsunami pagi itu.
Di ruang depan Kantor Dewan Dakwah (DD) Provinsi Lampung telah menumpuk sejumlah barang yang akan dibawa ke lokasi bencana. Beberapa kardus pakaian layak pakai, sekantong plastik besar pakaian dalam, sekardus obat-obatan, 163 nasi bungkus, 2 dus air minum gelas, dan 2 sak beras.
Tak lama, barang-barang ini sudah memenuhi ruang belakang kendaraan roda 4 milik salah satu relawan. Hari itu yang menjadi relawan adalah seorang nenek berusia 65 tahun, beserta ketiga cucunya. Dialah Eyang Tarti, bersama Arum, Desti, dan Edo.
Selain Eyang Tarti dan ketiga cucunya, ada seorang gadis muda yang baru lulus Sarjana Kedokteran, Mbak Tesa, yang menjadi tumpuan tenaga medis hari itu. Ditambah seorang remaja tanggung 14 tahun,
pendatang baru di dunia relawan, Bintang.
Perjalanan 6 orang ini dimulai dari Kantor DD Lampung di Jl. Sutan Jamil No. 28, Gedong Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung. Saat waktu menunjukkan pukul 08.20 WIB, mobil pun bergerak meninggalkan parkiran kantor DD Lampung.
Perjalanan yang menyenangkan. Melalui jalan tol yang baru diresmikan, pukul 10 pagi rombongan telah sampai di Kalianda. Mampir sarapan sejenak, kemudian melanjutkan perjalanan kembali menuju lokasi bencana.
Pukul 11 siang, tibalah relawan di Posko 1 DD Lampung. Menempati sebuah bangunan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kalianda Bawah. Tepatnya, di Dusun Air Panas.
Baru saja para relawan menurunkan kaki dari mobil, sudah tampak carut marut warga berhamburan menaiki gunung. Pemandangan ini membuat para relawan sedikit bingung. Namun mereka segera sadar, bahwa baru saja mereka menginjakkan kaki di daerah bencana yang berpotensi tsunami.
Suara sirine dan jerit kepanikan warga saling bersahutan memberikan informasi kepada yang lainnya. Warga berlari secepatnya menaiki gunung, termasuk para relawan yang ada. Begitu pula yang dilakukan oleh 6 orang ini.
Pukul 11.15 WIB, air laut naik dan pengumuman dari BMKG agar warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Secepat kilat para relawan memilih logistik dan lainnya yang dibutuhkan warga untuk dibawa serta ke gunung.
Oh…, sebuah pengalaman yang mendebarkan. Baru kali ini para relawan mengalami kepanikan seperti ini. Wajarlah jika sampai hari keempat ini, masih banyak warga yang bertahan di gunung karena mereka masih trauma untuk kembali ke rumah mereka yang sudah hancur atau setengah hancur.
Sekitar pukul 1 siang, kondisi mulai aman. Warga mulai turun dan para relawan pun kembali ke Posko 1. Di sana ada Kak Udin (koordinator lapangan), Kak Wawan (relawan Lazis), serta seorang caleg dari PKS, Bunda Usnalia.
Setelah kondisi dirasa aman, barulah para relawan mulai melakukan pelayanan kepada warga. Pukul 3 sore, mereka tiba di Posko 3 yang memang warganya belum terjamah bantuan sama sekali, karena medan yang hanya bisa ditempuh dengan lapah cukut, melalui jalan setapak yang becek dan sangat licin.
Relawan menuju lokasi 1 yang merupakan bagian terjauh, dengan menaiki gunung yang licin dan cukup berbahaya. Alhamdulillah, jalan yang sulit ini bisa dilalui. Sesampainya di lokasi para relawan pun segera berbagi tugas.
Usai di lokasi 1, mereka segera menuju ke lokasi 2 yang letaknya agak jauh dari lokasi 1. Dilanjutkan dengan
menuju lokasi 3 yang letaknya tak terlalu berjauhan. Hanya, mereka harus tetap naik dan turun gunung dari lokasi 1 ke lokasi lainnya.
Pukul 6 sore, relawan mulai menuruni gunung menuju Posko 1, untuk memberikan laporan dan pamit pulang tentunya. Karena hari sudah mulai gelap. Rasa letih begitu terasa. Namun inilah sebuah pengalaman yang luar biasa bagi mereka.
Sampai saat laporan ini ditulis, pukul 20.00 WIB, mereka masih berada di jalan tol menuju Bandar Lampung. Sebuah perjalanan yang menegangkan dan melelahkan, tapi juga unik. Inilah yang bisa mereka perbuat hari ini. Semoga bermanfaat untuk umat dan semoga Allah menerimanya sebagai amal sholih mereka.