قَالَ إِنِّىٓ أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ إِحْدَى ٱبْنَتَىَّ هَٰتَيْنِ عَلَىٰٓ أَن تَأْجُرَنِى ثَمَٰنِىَ حِجَجٍ ۖ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ ۖ وَمَآ أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ ۚ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Berkatalah dia (Syu’aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. (QS. Al-Qashash 27)
Begitulah taqdir menjemput sang dai, “Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”. Kehidupan didepan kita adalah rahasia Allah, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka. Bahkan kita sering terkaget kaget, “bener nih!”. Terlalu rumit jika harus memahami dari satu sisi, mengapa hal ini terjadi begitu cepat. Manusia hanya bisa menerima, walaupun usaha telah dilakukan.
Kesungguhan, mujahadah dalam setiap aktivitas sejatinya satu diantara variabel jawaban, mengapa sesuatu itu terjadi. Tapi bukan satu satunya. Memwng ada sebab dan akibat, tapi banyak rahasia yang terjadi bukan sebab akibat. Yang jelas, kita hanya dituntut melakukan yang baik, syukur bisa membuktikan dan menghadirkan yang terbaik. Karena setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan yang lain, demikian juga sebaliknya.
Dalam kacamata dhohir, dunia ini, kebaikan kebaikan seseorang juga akan berdampak akan adanya pantulan kebaikan yang sebanding. Dalam banyak fenomena perjalanan dakwah, kebaikan kebaikan seorang juru dakwah, seringkali menarik dicermati oleh masyarakat. Misalnya dalam keinginan warga untuk menjodohkan anak dengan sang dai. Alasanya jelas, agar banyak kebaikan dari keluarga tersebut.
Tokoh masyarakat mengharapkan dengan pernikahan antara anaknya dengan juru dakwah akan memberikan dampak, stimulus tarbiyah bagi warganya. Bobot, bibit perlu dicari yang bagus. Jika juru dakwah menerima tawaran seperti ini, dinikahkan dengan putrinya atau calon yang baik darinkampung itu, terima sebagai karunia.
Terima pula sebagai amanah bagi kemuliaan selanjutnya. Ia ibarat satu diantara banyak pintu kebaikan. Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi mengomentari ayat diatas, ” Maksudnya, penguasa negeri Madyan itu kepada Musa, “SEsungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja kepadaku,” maksudnya, kamu menjadi pekerjaku dengan upah “selama delapan (musim) haji,” maksudnya, delapan tahun. “Dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu,” adalah sumbangan darimu, tidak ada sesuatu yang wajib atasmu, “aku tidak hendak memberatkanmu,” lalu aku mewajibkan sepuluh tahun kepadamu; atau aku ingin mempekerjakanmu supaya membebanimu dengan pekerjaan-pekerjaan yang ringan lagi mudah, tidak meberatkan, “dan kamu insya Allah akan mendapatiku (termasuk orang-orang yang baik.” Lalu Syu’aib membuatnya menyukai (untuk diangkat sebagai karyawan) dengan cara (membebankan) pekerjaan yang ringan dan perlakuan yang baik. Ini membuktikan bahwa lelaki yang shalih harus memperbaiki akhlaknya sebisa mungkin, dan bahwa faktor (jenis pekerjaan) yang dituntut darinya adalah lebih penting daripada faktor lainnya”.
Trus, kalo ada tawaran amanah, sebaiknya diterima atau ditolak. Silahkan istikharoh dan muhasabah diri, apakah secara kemampuan bisa diterima atau tidak. Mungkin saat ditawari masih belum mampu, seperti ditawari calon pasangan hidup. Tapi, saat khabar istikhorong memungkinkan dan secara hitung-hitungan bisa dibedah secara ilmiah dan pengalaman, ambil. Tapi sulit, lakukan latihan mandiri atau bertanya agar kesulitan dapat jalan keluarnya.
Maka, saat Nabi Ya’kub memerintahkan anak anaknya pergi ke Mesir mengantri bahan makanan, beliau berpesan, “jangan masuk dari satu pintu, dan masuklah dari berbagai pintu”. Begitulah kesiapan dai harus dibangun, kekurangan memang ada, tapi kesempatan belajar masih selalu terbuka lebar untuk kita. Dai, sadarilah, jika kesemptan tidak diterima, bagaimana mungkin kita meyakinkan warga untuk juga menerima ajakan kita. Kita ambil kesemptan lebih awal, agar mereka bisa mengikuti.