سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّ ٱلْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Isra’, 1)
Rahmatan li al’alamin bagi paradaban Islam, bukan utopia. Ia menjawab keperluan kehidupan yang amat luas, bagi pada aspek kejiwaan dan aspek materialnya. Bahkan juga menyentuh perkembangan sain dan ilmu pengetahuan.
Tapi tetap, setiap perkembangan kehidupan manusia berada dalam kontrol Allah SWT. Ayat diatas bicara tentang kenyataan lain, keluar dari daya jangkau hasil ilmu pengetahuan manusia yang paling canggih sekalipun.
Peristiwa Isra’ Rasulullah, dari kota Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Jarak keduanya menurut hitungan ilmu manusia adalah 1485,45 km atau 920.92 mil. Jika menggunakan transportasi udara, diperlukan waktu 2 jam, 10 menit.
Khalifah Umar bin Khattab pernah berjalan kaki, dengan bergantian menunggang satu unta bergantian selama kurang lebih empat bulan. Negosiasi Umar dan Sophronius, dikenal dengan Umariyya Covenant. Kesepakatan itu masih disimpan di Gereja Suci Sepulchre di Yerusalem.
Kesepakatan itu menyatakan, umat Kristen meminta Yahudi dilarang masuk Yerusalem dan Umar menyanggupinya. Umar pun menjamin keamanan dan keselamatan seluruh umat di Yerusalem, apa pun kepercayaan mereka.
Allah telah memperjalankan Rasulullah lebih cepat dan singkat. Sampai sekarang ilmu pengetahuan belum sampai kesana, walaupun transportasi tercepat sudah dibuat semakin canggih. Supersonik, kecepatan di atas kecepatan suara, yang kira-kira adalah 343 m/d (1.087 kaki/detik, 761 mpj, 1.225 km/j, di udara pada permukaan laut.
Dari sini, kita bisa memulai merangkai satu asumsi imaniyah, bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj, bukan peristiwa biasa, menyimpan banyak nilai mulia, juga stimulus bagi ilmu pengetahuan.
Diantara pelajaran dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj, sepertinya mampu menggambarkan tentang dunia sain dan ilmu pengetahuan, juga dalam ilmu sosial kejiwaan manusia. Khuususnya bagi perkembangan dunia sain dan ilmu pengetahuan adalah :
Pertama, peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah bukti nyata, bahwa ada yang Mahas atas segalanya, yaitu Allah SWT. Perlu keimanan untuk memahaminya, tidak sekedar dengan empirisme ataupun rasionalitas.
Keduanya tidak mampu, karena standar empirisme sebatas pengalaman dan rasionalitas malah sulit dinalar karena tidak dalam alam materi. Keimanan dipakai untuk melakukan pendekatan ini, karena keduanya tidak mampu. Keduanya malah bisa jadi menolak, dan itu berbahaya. Sebagaimana sindiran ayat berikut,
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ
” …. Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain…. (QS. Al-Baqarah, 85)
Jadi, peristiwa Isra’ dan Miraj antara Makkah ke al-Aqsha, lalu ke langit tujuh adalah Mu’jizat Rabbaniyah.
Kedua, Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa metafisika yang tidak dalam spektrum ontologi, epistimologi dan aksiologi manusia biasa. Ilmunya tidak sekedar pengetahuan, tapi mukjizat untuk menaklukkan kesombongan daya pikir manusia.
وَفَوْقَ كُلِّ ذِى عِلْمٍ عَلِيمٌ
”. . . dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui” (QS. Yusuf, 76)
Pikiran saja memang tidak mampu memahami hakekat ilmu, perlu ilmu bantu yaitu tauhid. Hubungan yang tidak boleh putus dengan meng-Esakan Allah atas segalanya ibadah, penciptaan, pengaturan dan ketentuan dari pergerakan manusia.
Dua kenyataan ini, mungkin bisa memberikan pengetahuan, bahwa masih banyak ilmu yang manusia belum mampu menyelaminya, karena sangat khusus dan perlu dorongan keimanan terhadap peristiwa dan Dzat yang ghaib.
Bagi para pemburu ilmu, peristiwa Isra’ Mi’raj bisa menjadi observasi awal bagi lahirnya ilmu pengetahuan baru, yang tidak sekuler.
(Bersambung..)
PinggiranJkt, 19/2/23
Sumber : Catatan Ust. Ahmad Misbahul Anam