قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ بَدَأَ ٱلْخَلْقَ ۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْءَاخِرَةَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. al-Ankabut, 20)
” Hidup ini adalah akidah dan jihad”, begitu nasehat Syauqi Beik dalam maknun opusnya yang terkenal. Hidup ini begitu berarti, tak sekedar makan lalu mati. Bukan itu cara perfikir manusia Muslim.
Bukan pragmatisme, hanya tentang dunia dan bagaimana cara menguasainya. Lihatlah ayat diatas, manusia disuruh untuk melakukan proses perpindahan dari satu tempat ke ketempat lain bukan untuk cari makan, tetapi lebih dari itu.
Disuruhnya manusia untuk memperhatikan apa yang ada dihadapannya, tentang banyak hal dan tentang akibat dari kehidupan.
Hidup itu melihat sesuatu dengan kacamata akidah. Bukan hanya kepentingan kita manusia saja, dengan akal pikirannya semata. Perlu petunjuk Rabbani untuk menjalani hidup ini.
Aktivitasnya bisa apa saja, tapi jangan melupakan pondasi dasarnya, yaitu akidah. Kekuatan akidah inilah yang bisa mengontrol dan membimbing pikiran dan perilaku pragmatis tetap dalam jalur Rabbani.
Penghambaan kepada Allah, itulah tujuan manusia dihidupkan dan kemudian dimatikan. Hanya memikirkan dunia, sama saja menjerumuskan manusia kejalan terjal, dimana kebahagiaan malah akan hilang.
Depresi, stres, power sindrom dan penyakit jiwa yang lainya. Juga memunculkan gejala fisik yang tidak normal, saat jiwa berguncang dan linglung tak ketemu arah hidup ini untuk apa.
Akidah dikuatkan dengan jihad, kesungguhan dalam menempuhnya. Bukan main-main hidup ini dinyatakan dalam perilaku.
Begitulah Islam dihadiahkan untuk kehidupan. Bukan hidup sekedar ngomong urusan untung rugi materi, tapi juga soal benar dan salah dalam memilih sesuatu. Akidah membimbingnya, dikuatkan dengan semangat jihad kesungguhan.
Akidah menyatukan perbedaan hati, ego dan kesombongan pribadi serta kelompok. Jihad memberikan semangat yang boleh jadi melemah karena pragmatisme yang menggelora disetiap pikiran dan amal usaha.
Ingat, hidup ini akidah dan kesungguhan.
SimpangLima, 4/2/23
Sumber : Catatan Ust. Ahmad Misbahul Anam