Jakarta-dewandakwah.or.id, Kembali gerakan Islam kehilangan salah satu tokoh terbaiknya. Dindin Syafruddin pernah memimpin PW PII Jakarta dan pengurus PB PII telah wafat di RS. Dharma Persada, Rawamangun, Jaktim. Bukan kebetulan melainkan taqdir Allah ia wafat pada malam Jumat, 17 Ramadan 1439 H. Sungguh mengharukan kewafatannya tiba tiba. Banyak yang tidak menyangka. Karena sebelum Ramadhan ia masih aktif melakukan kaderisasi di Partai Bulan Bintang. Ia selalu bersama sohibnya Nur Chaniago yang juga tokoh PII dan pengurus Badan Pengkaderan PBB.
Dindin tinggal di Bandung bersama keluarganya. Namun aktifitasnya lebih banyak di Jakarta. Saya mengenalnya saat mengikuti pelatihan PBB dan ia sebagai trainernya. Orangnya familier, cerah wajahnya dan low profile. Di partai tidak ambisius dan mengejar jabatan. Ia lebih enjoy mengurusi pengkaderan partai. Ia selalu memberikan materi pelatihan yang segar, menarik dan menggugah. Ia tidak meledak ledak bicaranya seperti seniornya Nur Chaniago. Namun keduanya saling mengisi dan melengkapi.
Ternyata profesinya di bidang training, pelatihan dan pembinaah. Berbagai methodologi dan tehniknya ia kuasai. Pengalamannya panjang dalam dunia pelatihan. Lebih panjang dari aktifitasnya di PBB. Namun yang menjadi perhatian di partai tetap masalah kaderisasi dalam gerakan Islam. Ia menyadari bahwa kaderisasi PBB lemah. Karena itu ia fokus menangani kaderisasi di partai Islam tersebut.
Di PBB kaderisasi di tangani sejak tingkat cabang, wilayah hingga pusat. Bagi aktifis PBB sejak awal berdiri tahun 1998 tentu mengenalnya. Begitu pula pimpinan partai dari DPAC, DPC dan DPW PBB se Indonesia yang mengkituti kaderisasi tidak akan melupakannya. Aktifitas kaderisasi benar benar telah menjadi ladang amalnya selain kegiatan dakwahnya.
Dalam kegiatan dakwah termasuk pendidikan ia pun pernah terlibat. Sebagaimana yang pernah diceritakannya. Ia terlibat dalam kegiatan pendidikan di Darul Hikam Bandung. Sekolahnya mengalami kemajuan pesat padahal biaya masuknya cukup besar. Sampai sampai siswa yang mendaftar tidak tertampung. Orang tua siswa yang tidak tertampung tidak segan membantu kontrak rumah di dekat sekolah agar bisa membuka kelas baru
Ada kenangan yang tidak bisa saya lupakan dari beliau. Diwaktu bersamanya menghadiri acara orientasi calon legislatif yang diadakan KAPPUWIl (Komite Aksi Pemenangan Pemilu Wilayah) PBB Jawa Barat. Ia sebagai salah seorang pematerinya. Waktu itu tempat acaranya di daerah Cipanas. Saat berada di tempat istirahat ia menceritakan tentang kesehatan. Waktu itu ia membawa lumut Jepang. Ia katakan lumut itu di dapatkan di Laut Mati. Menurut penelitian orang di sekitar laut yang paling sehat. Mereka biasa mengkonsumsi lumut itu. Orang Jepang yang melakukan penelitian mencoba mengembangkannya. Lumut yang berwarna putih ditaruh dalam botol aqua ditambah dengan gula beberapa sendok dan air masak. Lalu di simpan selama beberapa jam di kulkas. Airnya yang diminum. Lumut itu akan berkembang dan bertambah jumlahnya.
Tentu saya tertarik dengan penjelasannya. Apalagi ia memberikan sebagian lumut dalam botol aqua yang dibawanya. Lalu saran sarannya saya praktekkan. Namun lama kelamaan bosen juga. Sebab setiap hari harus mengisi air dan gula dalam botol berisi lumut itu. Karena itu pada saat berjumpa dengannya, ternyata ia pun sudah tidak mengkonsumsinya.
Terakhir bertemu dengannya pada saat ada acara Mukernas sebelum Ramadhan. Ia sempat menyapa di aula hotel Menara Casablanka. Setelah itu ia pergi. Hingga mendapat berita dari Dewan Dakwah Jawa Barat sebelum waktu sahur tentang kepergiannya. Kali ini tokoh yang istiqomah dalam pengkaderan ummat telah dipanggil Allah Yang Maha Kuasa. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun. (Ditulis selepas melayat pagi hari, 1 Juni 2018).
Oleh : DR. Muhsin, MK