وَقُل لِّلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ٱعْمَلُوا۟ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنَّا عَٰمِلُونَ
Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: “Berbuatlah menurut kemampuanmu; sesungguhnya Kami-pun berbuat (pula)”. Surat Hud Ayat 121
Mengawali, memulai dan merintis dirasakan berat, khususnya bagi pemula. Maklum, keberhasilan banyak orang seringkali menjadi gambaran nyata yang sering muncul, sementara bagaimana seseorang saat mengawali jarang terekspose secara luas. Jadilah para pemula menjadi pesimis, dan minder, “bisa ndak ya?”.
Penting bagi pemula dakwah untuk melihat bagaimana kisah kisah para pujangga dakwah merintisnya. Al Quran memilihkan ayat ayat yang mengurai kisah tentang bagaimana manusia pilihan perintis dakwah. Bagaimana Rasul mengawali dakwah di Rumah Al Arqam, sembunyi sembuyi dan diam diam, lalu setelah siap semunya, beliau baru secara terang terangan.
Saat ini, mungkin juga demikian dalam kontek para pemula. Memulai dengan yang ringan, “Mulai saja”. Karena saat sudah dimulai, pasti akan terus berproses, berjalan dan akan ada yang menyambut. Begitulah bunyi ayat diatas. Secara lebih terang dijelaskan oleh para ulam, “Dan katakanlah (wahai Rasul), kepada orang-orang kafir yang tidak mengakui keesaan Allah, “Berbuatlah kalian apa yang kalian perbuat sesuai dengan keadaan dan keyakinan kalian untuk melawan dakwah dan melancarkan gangguan kepada rasul dan orang-orang yang menyambut dakwahnya, karena sesungguhnya kamipun berbuat sesuai dengan martabat dan keyakinan kami dengan tetap teguh di atas agama kami dan melaksanakn perintah Allah”.
“Memulai dengan apa yang ada”, pesan pendekar dakwah Kiyai Muhammad Natsir kepada para duat. Tidak mungkin akan sampai pada garis finish, jika tak pernah berada digaris start. Memulai berati juga, membuka ilmu ilmu baru yang akan muncul ditengah jalan. Ilmu ilmu itu sejatinya sudah diberikan oleh Allah sebagaimana pesanNya وعلم ادم الاسماء كلها , “dan Dia telah mengajarkan Adam berbagai ilmu seluruhnya”.
Simpanan ilmu tersebut akan keluar saat pendorongnya menstimulus. Kapan hal itu terjadi? Saat masalah muncul dihadapan. Akal akan berdiskusi dengan hati, ilmu apa yang akan digunakan. Akal dan hati juga akan mendorong pemiliknya untuk mengajukan pertanyaan dan diskusi dengan orang lain.
Begitulah sejatinya filosofi memulai. Kalaulah ternyata apa yang sudsh kita mulai tak sampai garis finish atau selesai, biarkan Allah pilihkan orangblain untuk meneruskan. Karena kewajiban kita hanyalah memulai apa yang dirasakan penting, biar kesesatan serta gerakan yang merusak tidak tumbuh lebih awal. Memagari kebun jauh lebih penting, dibandingkan mengusir hewan yang keburu masuk.
Mulailah apa yang bisa dimulai, jangan melihat hasil pada saat ini. Biarkan terus menggelinding ke arah depan, semoga rintisan dakwah adalah warisan terbaik kita. Bismillah, dengan menyebut nama Allah Aku memulai dakwah semampuku!