وَٱلَّذِى نَزَّلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۢ بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِۦ بَلْدَةً مَّيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ
Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (QS. Az-Zukhruf Ayat 11)
Hujan dinanti sebagai karunia, menghidupakan yang mati, menumbuhkan pepohonan. Tanah menjadi subur, pohon menjadi rindang, manusia menjadi tenang. Begitulah Allah ciptakan hujan. Tugas manusia mengaturnya, bagaimana sifat air sebagai karunia memberikan manfaat. Sebagaimana sifat api yang membakar menjadi manfaat. Api diatur suhunya sehingga bisa dipakai untuk memasak makanan, besi dll.
Hujan jangan disalahkan, apalagi divonis sebagai penyebab banjir. Air yang berkumpul pada tempatnya menjadi sungai, danau dan lautan. Tapi saat air tak lagi bisa masuk ketanah menjadi sumber kehidupan, atau air tak memiliki jalan untuk lewat, atau suhu bumi tak lagi bersahabat, maka hujan berubah menjadi mala petaka.
Banyak ayat yang menjelaskan hujan yang membasahi bumi dan kebun-kebun. Hujan turun ke bumi yang kering (mati), lalu Allah menyiraminya, kemudian tumbuh rerumputan dan pepohonan. Bahkan, karena manfaatnya, hujan yang turun ke bumi diumpakan kebangkitan manusia pada hari akhir.
Dalam penjelasan yang lainya, Kitab Hadist Riyaadush-Shalihiin karya Imam Nawawi, diriwayatkan dari Abu Musa RA bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan hidayah dan ilmu yang diberikan Allah SWT kepadaku, seperti hujan yang membasahi permukaan bumi.’’ (HR Muttafaq alaih).
Ternyata hujan juga laksana petunjuk dan ilmu bagi manusia. Hujan itu seperti da’i , memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Mengantarkan manusia ke kehidupan yang tambah baik. Menunjukkan gerbang ilmu pengetahuan, membuka jendela dunia, mengenalkan ke-Esaan Allah yang serba maha. Manusia jadi tahu siapa dirinya. Bagi pribadinya pengetahuan itu membentuk jiwa ikhlas, pengorbanan, kesungguhan dan jiwa untuk selalu ingin bertambah baik.
Posisi dai, penyuluh agama memang teramat istimewa. Jaga dirimu wahai dai karena umat memerlukan kehadiranmu. Sapaanmu laksana hujan yang turun ditengah ladang yang kering, menggemburkan, menyuburkan, menyejukkan dan berbagai hal yang bermanfaat. Jangan Kau pedulikan tuduhan bahwa dirimu penyebab intoleransi, karena itulah yang juga ditudhkan kepadamu wahai Hujan sebagai penyebab banjir.
Padahal sudah terang bahwa manusia adalah khalifatu fil ard, pengelola bumi. Salahkan dirimu sendiri jika ada kerusakan ditempat tinggalmu, jangan jangan engkau salah mengelola. Nasehati dirimu, jika masyarakat menjadi rusak, mungkin engkau sudah tak pedulinlagi dengan nasehat (dakwah) dan justru kau musuhi para dai.
Padahal Dai adalah laksana Hujan! Allahumma shayyiban naafi’an, Ya Allah berikanlah hujan yang bermanfaat, pesan Rasul kepada manusia.