وَمَن يُهَاجِرْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدْ فِى ٱلْأَرْضِ مُرَٰغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَن يَخْرُجْ مِنۢ بَيْتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدْرِكْهُ ٱلْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS. An-Nisa, 100)
Sunnatullah dibumi menetapkan, bahwa segala sesuatu akan selalu berubah. Yang kecil menjadi besar, yang besar akan berubah mengikuti qudrahNya. Air, gunung, langit, udara, api, tanah, bahkan manusia juga mengalami perubahan. Pelan dan pasti, perubahan menjadikan segalanya “Kecuali Allah” menyesuaikan dirinya.
Berubah adalah kata lain dari hijrah yang bermakna berpindah dari satu kondisi ke kondisi yang lebih baik. Secara tempat, bumi adalah area perpindahan manusia untuk menampilkan berbagai potensinya. Perubahan itu perlu panggung untuk mendemontrasikan. Menampilkan apa yang yang menjadi idealismenya. Menampakkan karyanya yang penuh manfaat.
Hijrah juga memiliki makna perbaikan perbaikan diri, terkai suatu amal lahir dan juga amal batin. Keniscayaan terhadap perubahan yak pernah mengenal umur, warna kulit, bahkan miskin dan kaya. Karena perbaikan adalah dorongan fitrah manusia normal, manusia yang bertanggung-jawab. Lebih dari itu, hijrah dengan segala pendekatan makna yang dikandungnya adalah wujud nyata dari kemerdekaan.
Ibnu Jarir berkata, dari Syuraik dari Amr bin Dinar dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ia berkata tentang turunnya ayat ini, “Innalladziina tawaffahumul malalaaa’ikatu zhaalimii anfusihim,” bahwa di Mekah ada seorang yang dikenal dengan nama Dhamurah dari Bani Bakar, ia sedang sakit, lalu berkata kepada keluarganya, “Keluarkanlah aku dari Mekah, karena saya menemukan kebebasan.” Keluarganya berkata, “Di mana kami mengeluarkan kamu?” maka ia berisyarat dengan tangannya ke arah Madinah, maka turunlah ayat ini, “Wa may yakhruj min baitihi muhaajiran ilallahi wa rasuulih.” (Hadits ini para perawinya tsiqah, sedangkan Syuraik adalah Ibnu Abdillah Al Qaadhiy An Nakha’iy, dalam hapalannya ada kelemahan).
Madinah, kota hijrah, city of transformation yang telah diwariskan oleh Islam sebagai buah peradaban. Perubahan memerlukan kawasan yang aman, nyaman dan kondusif. Jika para filosof memiliki Athena sebagai kawasan mengembangkan daya nalarnya, begitu pula kaum Mukmin dengan Madinahnya. Diposisikan sebagai Darul Hijrah, kota tempat mengembangkan nilai nilai Rabbaniyah. Tempat dimana, antara akal dan agama dipertemukan, saling menguatkan dan diberikan tempat yang layak.
Saat agama Islam harus dipilih dan dijalankan, maka akal menjadi syaratnya. Orang yang kurang akal tidak pantas menjalankan agama. Artinya, orang kota adalah warga yang memiliki akal, yang kemudian mereka layak menjalankan perintah-perintah agama. Jangan dihadap-hadapkan, diparadokkan antara akal dan agama, keduanya saling memerlukan.
Agama mendorong dan menjadi tujuan dari perubahan. Hijrah adalah media yang dapat mencairkan suasana. Ditempat hijrah ada keluasan ide dan keluasan rizkynya. Bahkan, kalaulah seseorang telah berniat hijrah, berniat melakukan perubahan, tetapi taqdir kematian datang mendahului aksi nyatanya, maka pahala tetap menjadi hadiah terindahnya.
Hijrah, perpindahan telah banyak menginspirasi banyak orang. Menaklukkan dirinya agar bertambah baik dan manfaat, juga menaklukkan dunia sebagai temapat bereksperimennya. Jangan terlambat tangn mendayung, kata bijak yang bermakna hijrah, perubahan itu harus digelorakan walau hanya dengan tangan yang amat lemah.
Mendayung dilautan, ibarat mengukir diatas air, sepertinya tak ada hasil. Padahal, Kordoba di Eropa ditaklukkan dengan aksi menyibak laut oleh Thoriq bin Ziyad dan para sahabatnya. Membawa misi, menyebarkan nilai, mengaktualisasikan hijrah dalan kontek yang lebih luas.
Seperti Anda, para dai yang mendatangi, menetap dikawasan nusantara yang luas, sebagi bumi hadiah Ilahi. Dai datang desa terang, Dai datang desa rindang, dai datang desa tenang. Itulah misi dai saat hijrah menjadi tuntutan pergerakannya. Semoga menjadi pohon warisan kebaikan yang ditanam.
PondokRanggon, 18/2/21