Lima orang mahasiswa kelas Jurnalistik Profesional, STID Mohammad Natsir, berhasil menyelesaikan skripsinya di At-Taqwa College — Pesantren at-Taqwa Depok. Mereka adalah: Azzam Habibullah, Fatih Madini, Faris Ranadi, Fais Rasyidi, dan Muhammad Fadlan Adzim.
Para mahasiswa itu telah mempertahankan skripsinya di hadapan para penguji yang terdiri atas: Dr. Adian Husaini, Dr. Nirwan Syafrin, Dr. Muhammad Ardiansyah, Dr. Suidat, Dr. Rahmatul Husni, Muhammad Khalid, Ahda A. Al-Ghifari, Wahyudi Husein, dan Dina Farhana. Sebelum memasuki bangku kuliah STID Mohammad Natsir, kelima mahasiswa itu memang menjalani kuliah di at-Taqwa College Depok, selama dua tahun.
Azzam Habibullah menulis skripsi dengan judul: “Netralitas Ilmu; Satu Tinjauan Filosofis”. Dalam kajiannya, Azzam menelusuri asal-muasal munculnya pandangan bahwa ilmu itu bersifat netral. Ia lalu mengkritik konsep netralitas ilmu dengan menggunakan pandangan Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas.
Sebagai penguji skripsi, saya memberi masukan agar Azzam mengembangkan lagi kajiannya dengan berbagai contoh lainnya. Juga, agar bahasanya lebih disederhanakan agar lebih mudah untuk dipahami oleh generasi saat ini. Sebab, kajian pemikiran semacam ini lumayan berat bagi banyak anak muda. Saya sarankan, agar skripsi penting itu bisa dikembangkan dan diterbitkan menjadi buku.
Sebelumnya, Azzam telah meraih berbagai prestasi intelektual. Tahun 2021 ini, Azzam terpilih sebagai salah satu dari “9 Remaja Pembaharu Ashoka Young Changemaker 2021.” Menurut siaran pers panitia seleksi program ini, anak-anak muda itu dipilih dengan kriteria kemampuannya dalam: “menawarkan Solusi Kreatif bagi Masalah Sosial dan Lingkungan Hidup”. (Link)
Azzam juga telah menulis empat judul buku. Buku terakhirnya berjudul: “Hikmah Sejarah untuk Indonesia Berkah” (Depok: YPI at-Taqwa, 2020). Kini, sehari-hari, Azzam sedang menyelesaikan skripsinya di Pesantren Tinggi At-Taqwa (at-Taqwa College) Depok. Ia pun telah dipercaya mengajar sejarah, menjadi imam shalat jamaah dan khatib Jumat. (Lebih jauh, lihat: https://azzamhabibullah.net).
Fatih Madini (18 tahun) menulis Skripsi dengan judul: “Tradisi Ilmu dalam Islam; Solusi Kebodohan dan Kekacauan Ilmu Pengetahuan.” Skripsi ini tebalnya 253 halaman, 1,5 spasi, dengan daftar pustaka sebanyak 112 buku dan puluhan jurnal serta website. Skripsi Fatih Madini ini banyak mendapat masukan perbaikan dari salah satu penguji, yaitu Dr. Nirwan Syafrin. Meskipun banyak memberikan koreksi, Dr. Nirwan menilai skripsi anak-anak berumur 18-19 tahun itu berisi kajian-kajian yang luar biasa.
Pada usia 16 tahun, di bawah bimbingan Dr Muhammad Ardiansyah dan Dr. Alwi Alatas, Fatih Madini telah menerbitkan bukunya berjudul: Mewujudkan Insan dan Peradaban Mulia (Depok: YPI at-Taqwa, 2018).
Oleh Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, buku pertama Fatih Madini itu pernah diberi kesempatan untuk dipresentasikan secara singkat dalam acara Saturday Night Lecture di Center for Advaced Studies on Islam, Science and Civilization — Universiti Teknologi Malaysia (CASIS-UTM) Kuala Lumpur.
Tahun 2020, buku keduanya terbit dengan judul: Reformasi Pemikiran Pendidikan Kita (Depok: YPI at-Taqwa, 2020). Kini, sehari-hari, Fatih Madini menjadi guru dan pembina santri Pesantren at-Taqwa Depok. Terakhir, Fatih Madini mendapat penghargaan sebagai juara ketiga penulisan artikel ilmiah populer tentang Palestina yang diselenggaralan oleh Institut Peradaban Islam Surabaya (InPas).
Fatih Madini juga pernah mempresentasikan makalahnya di hadapan mahasiswa International Islamic University Malaysia (2018), dengan judul: “Abdul Samad Al-Falimbani’s Concept As The Solution of Muslim Internal Problem.”
Mahasiswa Dewan Da’wah berikutnya yang juga menjalani ujian skripsi di At-Taqwa College Depok adalah Faris Ranadi. Judul skripsinya: “The Effects and Influences of Western Civilization on Islamic Thought“. Faris menulis dan mempresentasikan skripsinya dalam bahasa Inggris. Sebagai penguji, saya meminta agar Faris mengembangkan skripsinya lebih lanjut.
Faris Ranadi (18 tahun) adalah putra seorang Insinyur Teknologi Industri dari IPB. Faris memiliki kemampuan menulis dan Bahasa Inggris yang baik. Ia pernah menerbitkan novelnya yang berjudul “The Rosemary”. Kumpulan tulisannya telah diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “Pemikiran Islam dan Tantangannya di Era Globalisasi”.
Dua mahasiswa Dewan Da’wah lain yang lulus ujian skripsi di At-Taqwa College adalah Muhammad Fadlan Adzim dan Fais Rasyidi. Fadlan menulis skripsi berjudul: “Meneladani Wartawan Penjuang Sejati; Nurbowo”. Sedangkan Faiz Rasyidi menulis skripsi berjudul: “Sumbangan Ilmu Imam Syafi’i Terhadap Islam”. Keduanya ini menjadi guru di Pesantren at-Taqwa Depok.
Itulah prestasi intelektual lima mahasiswa kelas Jurnalistik Profesional STID Mohammad Natsir yang berada di bawah naungan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII). Mereka sedang menjalani program pendidikan yang sangat serius untuk mengembangkan potensi mereka sehingga diharapkan akan menjadi kader-kader umat terbaik.
Dalam perspektif pendidikan, STID Mohammad Natsir sejatinya telah memenuhi kriteria “Universitas yang sebenarnya” dalam Islam. Sebab, di sinilah mahasiswa dididik menjadi manusia sempurna (al-insan al-kulliy). Mereka dididik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, dan berguna bagi sesama.
Dalam berbagai acara di internal DDII, saya menekankan, bahwa STID Mohammad Natsir adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia. Kampus ini terbukti telah melahirkan ratusan dai, ulama, cendekiawan, wirausahawan, pemimpin masyarakat, yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia.
Karena itulah, saya mengimbau, para pimpinan dan pengurus DDII di seluruh Indonesia tidak perlu ragu-ragu untuk menjadikan kampus STID Mohammad Natsir sebagai tujuan utama kuliah bagi anak-anak mereka. Mendidik anak menjadi dai profesional bukan perkara mudah dan bukan kerja sambilan.
Apalagi, kini, zaman telah berubah! Kita memasuki era disrupsi. Model pembelajaran online tak terhindarkan lagi. Informasi dan ilmu pengetahuan melimpah ruah di dunia internet. Di era seperti ini, yang utama dicari adalah kampus yang mengutamakan pembentukan kepribadian yang unggul, berdasar iman, taqwa, dan akhlak mulia.
Jangan sampai kita terlambat sadar! Wallaahu A’lam bish-shawab. (Depok, 14 Juli 2021).
Oleh: Dr. Adian Husaini
(Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)