Hari ini ada kejadian yang mengagumkan, kawan..
Kelihatannya sederhana, tapi sangat berarti. Karena melibatkan hati dan nurani anak-anak kita.
*
Kejadian ini diawali dengan Defan yang bersedia membereskan semua mainan setelah Defan, Jojo, dan Rehan bermain. Sementara Jojo dan Rehan enggan membereskannya. Sebagai hadiah untuk Defan karena telah membantu membereskan mainan, maka diberikanlah sepotong kue pastel untuk Defan.
Saat Defan menerima kue pastel ini, Jojo dan Rehan juga menginginkan kue pastel. Tapi kue pastel itu tinggal tersisa 1 potong. Sementara ada 2 anak yang menginginkan kue yang sama. Bunda menunjukkan kue lainnya yang terbungkus dalam plastik mika, otak-otak. Tapi mereka berdua tetap menginginkan kue pastel yang tinggal satu itu.
Lalu, Bunda menawarkan agar Jojo dan Rehan berbagi kue pastel itu. Bu Guru ingin membelah kue itu menjadi 2 bagian.
Tapi Jojo menginginkan kue yang utuh. Lalu bunda menanyakan kepada mereka berdua “Adakah yang ingin mengalah…?”.
Tiga kali Bunda mengajukan pertanyaan yang sama kepada 2 anak ini.
Tiba-tiba, “Bunda, aku gak mau koq kue itu. Kue itu buat Rehan aja. Aku tadi sudah makan pake tempe goreng”, ujar Jojo sambil membuang mukanya menghadap tembok. Bunda tahu, sebenarnya Jojo menginginkan kue itu. Tapi mungkin ada sedikit rasa kecewanya kalau ia hanya menerima separuh kue itu. Tapi itu tidak dikatakannya untuk menjaga perasaan Bunda dan Rehan. Ia berusaha menutupi kesedihan atau kekecewaannya.
Lalu Bunda bertanya kepada Rehan “Rehan, Jojo sudah tidak menginginkan kue ini. Apa Rehan mau kue ini…? “.
Sungguh di luar dugaan, Rehan justru menggelengkan kepalanya. Bunda bertanya sekali lagi. Rehan pun tetap menjawab dengan gelengan kepalanya. Bunda tahu, sebenarnya Rehan menginginkan kue itu. Tapi, ia merasa tak enak hati melihat Jojo bersedia mengalah untuknya. Ia berusaha menjaga perasaan Jojo dan Bunda.
Sungguh, sebuah pelajaran berharga tentang hati dari 2 bocah yang polos namun mengerti menyimpan kekecewaannya.
Lalu Bunda menunjukkan lagi sebuah plastik mika berisikan kue lainnya, otak-otak, bukan kue pastel. Ada 5 isi mika itu. Yang tampak di sisi bawah, ada 4. Sedangkan yang tampak di sisi atas ada 1.
Lalu bunda sejenak mengajak ketiga anak ini untuk menghitung jumlah kue yang masih terbungkus dalam plastik mika. Semuanya berhasil menjumlahkan 4 kue ditambah 1 kue sehingga ada 5 kue di dalam mika itu.
Lalu Bunda berkata pada Jojo “Kalau Jojo mau kue ini, Jojo boleh bawa semua kue ini pulang ke rumah. Jojo bisa berbagi di rumah”.
“Mau, Bunda…. Aku mau makan pake kuahnya di rumah, Bunda…”, ujar Jojo membayangkan apa yang ia akan lakukan pada kue otak-otak yang semula ditolaknya.
“Iya, Bunda. Untuk adikku, Mamak. Boleh untuk Mbah juga..?”, jawab Jojo ke Bunda sambil merencanakan siapa saja yang akan ia bagi kue itu.
Wajah Jojo kembali ceria. Ia tidak lagi membuang wajahnya menghadap tembok.
Bunda pun beralih kepada Rehan “Rehan, Jojo sudah mau bawa kue yang itu. Apa Rehan mau kue pastel ini…?”.
“Mau, Bunda….”, Rehan pun segera menjawab dengan gembira dan segera mengambil kue pastel dari tangan Bunda.
Alhamdulillah, masalah pun terselesaikan tanpa harus ada yang merasa kecewa dan mereka bisa pulang dengan hati gembira.
*
Sebuah catatan kecil dari PAUD Dewan Da’wah Lampung di Desa Candimas, Natar, Lampung Selatan. Sudahkah kita sesholih anak-anak kita…?