Kenapa Harus Punya anak ? Terbayang segala kerepotan yang akan muncul dengan kehadiran anak, tidak bisa lagi bebas kemana-mana, belum lagi harus mengurusi, menjaga dan mendidiknya, bagi sebagian orang dipandang sebagai beban, kekang untuk bekerja, meniti karir dan sebagainya
Tren Childfree yang diusung seorang influencer beberapa waktu terakhir sepertinya cukup menyita perhatian publik, pro kontra bermunculan membuka ruang perdebatan dimasyarakat.Tersebut dalam jurnal “ Childfree Perspektif Hukum Islam oleh Ahmad Fauzan, childfree merupakan istilah yang hadir sekitar tahun 1972, Istilah ini dimaknai bagi seorang yang enggan memiliki anak, di mana ia punya alasan tertentu untuk mengambil keputusan yang demikian.
Lalu bagaimana islam memandang tren ini ?
Kami tidak akan membahas tentang kondisi terhalangnya seseorang memiliki keturunan karena faktor kesehatan ataupun faktor lain yang membahayakan jiwa jika seseorang tersebut memiliki keturunan, hal tersebut sudah cukup jelas kaidah hukumnya namun kali ini kami akan membahas bagaimana keengganan seseorang dalam memiliki keturunan tidak disertai dengan alasan yang bisa dibenarkan dalam ketentuan dienul islam.
Setidaknya ada beberapa alasan child free bukanlah pilihan hidup yang tepat bagi seorang muslim.
Pertama, Dalam pandangan Islam, pasangan suami istri yang memilih childfree termasuk perbuatan yang bertentangan dengan fitrah manusia, karena memiliki anak merupakan anugerah dan bagian dari fitrah manusia. Ibn al- Qayyim menyebutkan fitrah itu sejatinya adalah hanifiyyah, kecenderungan yang lurus dan benar dalam beragama. Allah SWT lebih mengetahui bagaimana cara manusia hidup berbahagia dengan kebahagiaan hakiki, bukan kebahagiaan semu sesuai pandangan manusia semata atau mengikuti kehendak akalnya namun bertentangan dengan aturanNya. Allah SWT yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta, sehingga Dia yang paling tahu konsep dan cara untuk berbahagia. Allah SWT berfirman:
Konsep berbahagia manusia jelas harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya, hakikatnya hidup adalah pilihan, dan kita setiap hari selaku muslim setidaknya meminta minimal 17 kali sehari ditunjukkan “jalan yang lurus” (ihdinas shirotol mustaqim) sebagai bentuk kesadaran bahwa semua pilihan hidup kita haruslah dengan tuntunan dan petunjuk Allah dan itupun bagian dari konsekuensi penghambaan kita kepada Allah SWT.
Kedua, Pandangan Islam tentang keutamaan anak dalam keluarga. Bahkan Nabi Zakariya hingga usia tuanya bersungguh-sungguh berdoa untuk mendapatkan keturunan.
Berdasarkan tafsir dari ayat tersebut kita akan dapati bahwa tujuan utama memiliki keturunan didalam Islam tidak lain adalah pewarisan iman kepada keturunan, sekali lagi pewarisan Iman kepada Keturunan !
Tujuannya agar kelak bumi ini dipenuhi dengan orang-orang yang taat kepada Allah, yang siap bersujud dan melanjutkan sujud kita selaku orangtua serta siap melakukan amal sholih pun amal jariyah yang akan mengalir kepada orangtua.
Ketiga, Bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW.
Fenomena childfree bertentangan dengan hadis memperbanyak keturunan. Sebab, childfree berisi ajakan untuk tidak memiliki anak, sedangkan Rasulullah SAW memerintahkan para pengikutnya untuk menikahi perempuan subur agar memiliki anak.
Bagaimana mungkin sebagai seorang mukmin begitu berani menyelisihi pendapat Rasulullah SAW yang syafaat beliau kita nantikan, bahkan dalam hadits lain disampaikan Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah ﷺ bahwasanya beliau pernah bersabda,
Sekali lagi childfree bertentangan dengan fitrah ! Karena fitrah itu nilai-nilai kemanusiaan legasi Nabi. Mencintai Nabi SAW idealnya dibuktikan dengan meneladani fitrah
kemanusiaan yang diajarkan olehnya termasuk dalam hal ini adalah panduan beliau untuk memiliki keturunan.
Keempat, Anak adalah amal jariyah, Memiliki anak yang saleh dan salihah akan menjadi amal jariyah yang paling berharga, karena anak akan mendoakan ketika orang tuanya sudah meninggal kelak. Rasulullah SAW bersabda:
Maka ia pun bertanya: ‘Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?’ Allah menjawab:
‘Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.” (HR Ahmad)
Berdasarkan alasan yang telah penulis kemukakan, sungguh menjatuhkan pilihan untuk tidak memiliki keturunan adalah hal yang bertentangan konsep dan panduan hidup yang telah Allah tetapkan.
Kami menyebut pilihan childfree bukanlah pilihan orang cerdas, bukankah rasulullah telah menyapaikan bahwa “Orang yang paling cerdas diantara kamu adalah orang yang menyiapkan kehidupan setelah matinya”? Tidakkah doa anak yang shalih bagian dari cara orang cerdas menyiapkan kehidupan setelah matinya?
Jangan terbawa dengan tren yang sepertinya dibawa oleh mereka yang sepertinya Cerdas secara pemikiran namun sungguh bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasulnya atas peran kita selaku penjaga dimuka bumi ini.
Mari berbahagia sesuai dengan cara yang telah Allah dan Rasulnya tetapkan.
Mungkin Lelah mendera terlihat dari mata panda bunda namun Ada Kebahagiaan luar biasa dalam jiwa ketika terbangun malam karena tangisan kecilnya, pun saat menatap wajahnya.
Mungkin berkerut wajah kita hari ini dengan segala keriwehan mendidiknya, sungguh akan terbayar dengan senyum haru ketika Doa indah yang ia lantunkan sampai di alam kubur kita.
Sungguh lelah raga kita membersamai ananda, namun cukuplah senyum baginda Rasulullah kelak menjadi pelipur betapa beliau berbahagia dan bangga dengan banyak jumlah ummatnya.
Kelak dengan bekal keshalihan hasil kesungguhan penuh air mata dalam mendidiknya, menghasilkan tarikan tangan ananda menuju JannahNya.
Berbahagialah mereka yang tidak menyelisihi fitrahnya selaku wanita, berbahagialah mereka yang hidup dalam tuntunan RabbNya.
Sungguh tua adalah keniscayaan, tidak ada skincare apapun yang mampu menepis tanda bahwa kita menua, maka tentukanlah pilihan wahai wanita cerdas, siapkan hidup sebaik- baiknya setelah kematian kita.
Untuk mereka yang memilih menyelisihi fitrah, masih terbuka kesempatan untuk merenung lebih dalam inikah “jalan lurus” yang Allah tetapkan dalam kehidupan kita? Selagi sisa waktu hidup masih ada.. Sayangnya selaku manusia yang jiwa kita dalam genggamanNya, tidak ada kepastian apakah esok masih melihat cahaya surya. Semoga Allah selalu menuntun segala fikir laku dan tindakan kita agar setiap pilihan sesuai dengan kehendakNya.
Tabik..
(Khairuna Arfalah, M.Pd.,M.Sy)