اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Shaf, 4)
Bagaimana memaknai shaf dalam masa kontemporer. Memang dulu, shaf dikenal dengan pasukan perang, perang fisik. Bisa dihitung jumlah dan perbekalannya. Tapi sekarang perang kita, perang secara lebih liar.
Kita berada dalam suasana perang pemikiran, dilakukan dengan sangat canggih. Pasukan perang bidang tafsir, gender, HAM, pendidikan dll. Masing-masing bagian melakukan penyerbaun dengan sangat khusus. Kita menemukan aktivis tafsir orientalis memahami dengan mendalam, tapi untuk menimbulkan keraguan, dan justru penolakan terhadap agama
Kondisi serbuan perang saat itu sampai menimbulkan kegoncangan yang amat dahsyat, “Jika umatku sudah saling caci maki dihadapan orang lain, maka kita telah jatuh”. Kemuliaan agama, melalui para tokohnya mulai dinafikan dan dilecehkan, sehingga menimbulakn caci maki antar mereka sendiri.
Seluruh provinsi harus segera menghidupkan dirinya, aktif membangun jaringan dan menghidupkan kader yang ada. Mendidik mereka, menguatkan akidah dari sentuhan merusak aspek sekularisme, nativisme. Dalam banyak kesempatan dan tulisan Pak Natsir maupun Prof. Rasyidi, selalu mengingatkan bagaimana bahaya agenda sekuler dan nativisme.
Prof. Didin, dalam sambutanya menekankan bagaimana tugas dakwah harus dikawal dengan penuh kesadaran, keikhlasan, tanggung-jawab. Tugas ini mari ditanggung bersama, agar ringan. Dibangaun dengan kebersamaan. Beliau juga mengingatkan, mari berdakwah berbasis riset, agar profesionalisme dakwah memberikan manfaat. Pesan yang berat untuk pengurus pusat dan daerah.
Pesan Pak Husen Umar kepada Dr. Adian, ada pidato pak natsir tentang sekulerisme yag harus dibaca. Sekulerisme yang bermakna ladinidyah, memisahkan atau tanpa agama. Sekulerismi yang dimaksud oleh Pak Natsir, adalah sekularisasi dalam bidang ilmu, juga dalam pengelolaan agama. Kau pilih jalan agama, atau jalan sekuler.
Banyak orang salah memahami syariah dengan pendekatan sekuler. Bagaimana praktek jilbab karena pengambilan gambar, tidak dibangun dengan kesadaran hatinya. Antara formalitas syariah dengan kesadaran agama tidak nyambung.
Kita pernah mengalami situasi dimana adanya pelarangan dan menampilkan Islam dengan baik. Koran Islam, saat itu tahun 90-an untuk beli siupnya berharga 2M. Umat yang besar tidak memiliki lembaga keuangan. Sekolah Islam yang ada, mandiri milik umat saat itu hanya pesantren.
Tapi saat reformasi terjadi, terbukalah bagi umat untuk melakukan apapun tentang identitas agama. Koran, rumah sakit, sekolah modern, televisi bisa didirikan. Tapi ada masalah, kata Pak Adian, “ternyata tenaganya tidak cukup”. Tidak banyak SDM yang memahami soal keikhlasan dan inti dakwah Islam.
Program mendidik calon dai untuk berdakwah untuk melahirkan dai, bukan mencari uang. Karena saat berdakwah, akan menciptakan uang, bahkan lebih besar dari itu. “Kuliah dakwah itu
keren
“, karena mencerdaskan bangsa dengan sentuhan agama, menyelamatkan bangsa dunia akhirat. Adakah yang bisa menjamin keselamatan dunia akhirat? Dakwah adalah cara yang cepat untuk menggapai hal tersebut.
Lihat dan pahami konsep dakwah. Tujuanya jelas, sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah. Mendidik manusia beradab, mengerti siapa dirinya dan siapa yang menciptakannya. Sampai ada pengakuan dari Samuel Hutington tokoh Barat penulis buku Class of Civilization, “Islam satu satunya peradaban yang pernah mengalahkan peradaban Barat”.
Betapa Islam telah membangun peradaban, bagaimana Umar memberikan toleransi di Palestina. Tidak ada pembunuhan, pengusiran terhadap warga Yahudi. Dan ini diakui penulis Barat bagaimana Islam mewujudkan toleransi untuk pertama kalinya.
Dalam skala nasional, bagaimana Pak Natsir memahami mencintai NKRI bukan karena politik, tapi karena amanah sebagai ladang dakwah. Kita boleh berbeda dengan pemerintah, tapi bukan berarti membiarkan negeri ini hancur. Kita harus membantu mensejahterakan rakyat sebagai obyek dakwah. Karena dengan dakwah kehidupan akan semakin beradab. Walaupun dipenjara, Pak Natsir masih membantu memperbaiki hubungan deplomatik dengan Malaysia yang rusak karena provokasi.
Begitulah dakwah, seorang juru dakwah jika benci bukan tujuh turunan. Benci adalah cara Allah mengingatkan bagaimana kita memperbaiki diri. Kata Pak Natsir, dakwah adalah peluang, “Akar beringin yang halus, yang masuk ke batu, lama-lama akan bisa membelah batu yang keras dan besar”.
Shaf, barisan harus selalu ambil peluang.